Samarinda, Natmed.id – Dalam sebuah acara talkshow interaktif di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), seorang pelajar dari SMK Negeri 7 Samarinda Kelvin mengungkapkan pengalamannya sewaktu mengikuti kejuaraan nasional.
Pada kejuaraan tersebut, ia menjelaskan bahwa peserta seusianya yang juga ikut dalam lomba itu nampak jauh lebih unggul dari segi persiapan karena mendapat pendidikan yang berkualitas.
Melihat hal itu, Kelvin menyakini adanya perbedaan dan kesenjangan yang signifikan antara pendidikan di Kaltim dengan Pulau Jawa.
Gap atau kesenjangan ini menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana gap tersebut timbul, padahal seluruh Indonesia menerapkan kurikulum yang sama.
“Saya merasa ada yang salah dengan pendidikan di Kaltim. Siswa-siswa Jawa jauh lebih unggul dari kita, di mana letak salahnya, pak?,” tanya Kelvin pada Anies Baswedan dalam acara Desak Anies di Samarinda, Kamis (11/1/2024).
Seolah mengamini, pertanyaan mengejutkan ini dibenarkan oleh Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Provinsi Kaltim Rusman Ya’qub dalam podcast Ngobrol Inspirasi (Ngopi) MSI Group, Rabu (7/2/2024).
“Sebenarnya masyarakat usia sekolah kita levelnya bagus, angka melek huruf bagus, tapi bicara tentang skill, siswa di Kaltim dibandingkan sekolah di luar, misal Jawa, jauh perbandingannya,” ungkapnya.
Adanya jurang kesenjangan antara pendidikan di Kaltim dan Pulau Jawa dirasakan benar oleh Rusman. Sebab, ia menjadi pengajar di SMP, SMK, dan dosen tamu di Universitas Mulawarman Samarinda.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Ya’qub itu mengungkapkan terdapat tiga faktor utama yang menyebabkannya. Pertama, sarana dan prasarana (sarpras) yang pembangunan dan pemenuhannya tidak merata antara Kaltim dan Jawa.
“Untuk sarpras fisik dunia pendidikan kita dan Jawa itu saja sudah beda sekali, di sini kita sebut adanya kesenjangan di antara kawasan,” bebernya.
Kedua, guru dan tenaga kependidikan yang distribusinya juga belum merata. Baik antara kota dan desa, maupun Kaltim dan Pulau Jawa.
Ketiga, perihal kurikulum. Pulau Jawa cenderung lebih cepat dan siap untuk menerapkan kurikulum ketika dilakukan penerapan. Kesiapan ini berasal dari sarpras, teknologi, tenaga kependidikan yang juga sudah siap seluruhnya.
Dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kaltim, Rusman berharap pemangku kepentingan terkait dapat membuat roadmap atau peta jalan berkelanjutan yang terarah untuk dunia pendidikan Kaltim 20 hingga 50 tahun ke depan.
Mendesain roadmap dunia pendidikan di Kaltim ini ia tegaskan memiliki skala super prioritas bagi pemerintah. Di mana mulai dari jenjang PAUD hingga universitas tersebut akan mempengaruhi bagaimana sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan kelak.
“Kita harap SDM yang dicetak di Kaltim ini jadi backing vocal, sebutnya backing vocal sama seperti pemain band, jadi kita backing vocal utamanya IKN, jangan jadi penonton,” tandasnya.