National Media Nusantara
Pendidikan

Kunjungan Delegasi EBIFF di SMAN 16 Samarinda, Kasek: Konsep Kurikulum Merdeka

Samarinda, Natmed.id — Kepala SMAN 16 Samarinda Abdul Rozak Fakhruddin mengungkapkan kegembiraannya atas kunjungan delegasi internasional ke lembaga pendidikan tersebut yang berlangsung meriah, Senin (29/7/2024).

Kunjungan itu merupakan bagian dari serangkaian kegiatan dalam event East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2024. Kedatangan delegasi ke sekolah merupakan manifestasi dari Kurikulum Merdeka untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas siswa di luar batas kelas.

“Kami menyambut baik kegiatan ini, dan siswa juga merespons dengan sangat positif. Kegiatan ini merupakan konsep dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan agar siswa tidak hanya fokus belajar di kelas. Tapi, juga memiliki wawasan yang luas melalui kreativitasnya,” jelas Fakhruddin.

Ia juga mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak yang terlibat, terutama Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Kaltim).

“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pemprov, terutama Dinas Pendidikan Kaltim dan Dinas Pariwisata yang telah mengadakan momen seperti ini dan menunjuk SMA 16 sebagai tempat kunjungan delegasi dari EBIF 2024,” sambungnya.

Penyelenggaraan acara ini juga berfungsi sebagai kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam proses belajar yang lebih beragam, termasuk interaksi dengan delegasi internasional.

SMAN 16 Samarinda terpilih sebagai salah satu tuan rumah untuk kunjungan delegasi Mesir dan Taiwan. Hal ini menunjukkan komitmen sekolah dalam mendukung pertukaran budaya global.

Menariknya, delegasi dari Taiwan, Vadim memberikan tanggapan positif mengenai kunjungannya ke Indonesia.

“Kesan pertama, ini adalah pulau yang indah. Kalian sangat menyenangkan dan kalian semua cantik. Budaya di sini berbeda, terutama karena agama mayoritas di Indonesia adalah Islam. Di sini sangat damai,” tuturnya.

Vadim juga berbagi pengalaman kuliner selama kunjungannya. Ia mengungkapkan bahwa ia sangat menikmati daging sapi yang bisa ia makan sepuasnya. Kondisi itu berbeda dengan di Taiwan. Komoditas tersebut sulit harganya mahal karena sulit ditemuinya.

“Hal-hal yang saya suka, orang-orangnya yang begitu ramah, makanannya, cuacanya, dan hewan-hewan di sini,” tambahnya.

Related posts

Pendidikan Gratis di Kaltim Butuh Regulasi dan Implementasi Tepat

Aras Febri

BKT Tuntas dan Stimulan 2021 Resmi Dibuka

natmed

128 Siswa SMAN 17 Samarinda Harus Meninggalkan Kelas

Nediawati