Samarinda, Natmed.id – Kalimantan Timur menjadi tuan rumah Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) dan International Capacity Development Program for Coal Regions in Transition (ICDP), yang resmi dibuka di Hotel Mercure Samarinda.
Acara berskala internasional ini digagas oleh German Agency for International Cooperation (GIZ) dan berlangsung pada 13–17 Oktober 2025.
ISEW dan ICDP menghadirkan lebih dari 45 delegasi internasional dari tujuh negara, termasuk akademisi, praktisi energi, serta perwakilan pemerintah dan sektor swasta.
Tema utama acara ini adalah Just Energy Transition in Coal Regions, dengan fokus pada kolaborasi lintas sektor untuk mendukung transisi energi di wilayah penghasil batu bara.
Ardian Candraputra, Team Lead Proyek Energy Hub GIZ Indonesia/ASEAN, menyebut Kalimantan Timur memiliki peran strategis dalam transisi energi.
“Program ini hadir untuk memberi dukungan konkret bagi Kalimantan, yang masih bergantung pada migas dan pertambangan, tetapi memiliki komitmen besar untuk transisi energi ramah lingkungan,” kata Ardian.
Deputi Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris, menyoroti pentingnya sektor energi yang kompetitif bagi industrialisasi.
“Kunci agar industrialisasi bisa berjalan adalah sektor energi yang kompetitif. Tanpa itu, transformasi ekonomi tidak akan maksimal,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, mewakili Gubernur Rudy Mas’ud, menyebut pemerintah daerah telah menyiapkan langkah transisi energi sejak lama.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan kontribusi sektor pertambangan terhadap ekonomi daerah mengalami penurunan, menandakan potensi pengurangan ketergantungan pada sumber daya alam.
“Meski kita masih bergantung pada migas dan mineral pertambangan, data ini memberi semangat bahwa ketergantungan itu bisa perlahan dikurangi. Program ini mendukung transformasi ekonomi dan energi yang sudah dirancang sejak 15 tahun lalu,” kata Sri Wahyuni.
Kalimantan Timur sejak 2019 menjalankan program pengurangan emisi karbon melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bank Dunia, yang berhasil mendatangkan sekitar 110 juta USD sekitar Rp1,7 triliun dari sertifikasi karbon.
Pemerintah daerah juga mendorong sektor swasta untuk ikut berperan dalam energi bersih. “Setelah kerja sama dengan Bank Dunia berakhir, kami tetap memfasilitasi perusahaan dan sektor swasta untuk ikut menggerakkan transformasi energi dan menjaga lingkungan,” kata Sri Wahyuni.
Acara ini menghadirkan diskusi regional mengenai strategi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, peluang ekonomi hijau, dan praktik terbaik transisi energi di kawasan tambang.
Dengan Kaltim sebagai tuan rumah, provinsi ini menjadi pusat kolaborasi energi bersih, memperkuat komitmen lokal, dan menjadi platform berbagi pengalaman dengan delegasi internasional.