Kukar, Natmed.id – Selain sebagai benteng alami dari abrasi, mangrove memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi warga Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur.
Koordinator Program Pemberdayaan dan Gender Yayasan Mangrove Lestari, Nurhasmiati mengatakan bahwa nilai ekonomi dari mangrove sekitar 90 persen bagi warga pesisir di wilayah Kecamatan Muara Badak.
Perempuan yang akrab disapa Ati ini mengungkapkannya usai acara Gerakan Pesisir Hijau yang digelar oleh Yayasan Mangrove Lestari (YML – Delta Mahakam) dengan dukungan Tropical Forest Carbon Act-Kalimantan (TFCA-Kalimantan), Sabtu (27/7/2024).
Kegiatan itu juga melibatkan beberapa komunitas dampingan, di antaranya Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bunga Tanjung Lestari.
Selain itu, Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Poklahsar) Hokky Family Saliki. Juga, Nilam Mangrove Lestari, Jaya Bersama, Pangempang Indah Lestari, dan Wanita Karya Bersama.
Menurut Ati, masyarakat kecamatan tersebut menghasilkan berbagai produk olahan, seperti kerupuk udang dari tambak laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir memiliki peranan penting bagi masyarakat sebagai ladang mata pencaharian.
“Ada juga krupuk udang ekonomis yang dibuat dari sari pati kepala udang, amplang dari ikan bandeng, dan minyak kelapa,” ungkap Ati sambil menunjukkan lapak jualan komunitas pendamping Yayasan Mangrove Lestari (YML).
Ia juga mengungkapkan bahwa abrasi pantai yang terjadi setiap tahun di Desa Tanjung Limau sangat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat pesisir Muara Badak.
“Abrasi menyebabkan garis pantai berkurang 3-5 meter, mempengaruhi pengambilan kerang yang kini harus dilakukan lebih jauh dari rumah,” jelasnya.
Selain itu, abrasi mengakibatkan air pasang masuk ke pemukiman dan perkebunan kelapa, sehingga banyak kelapa mati dan budidayanya terganggu.
“Mangrove penting untuk menjaga pantai agar air tidak menggenangi perkebunan,” tambah Ati.
Kerusakan mangrove tidak hanya disebabkan abrasi, tetapi juga oleh sampah rumah tangga. Hal ini termasuk plastik yang dibuang ke laut dan mengganggu pertumbuhan mangrove.
Dalam kegiatan tersebut, peserta juga menandatangani komitmen menjaga pesisir dan menanam pohon mangrove. “Kami berharap komitmen ini bukan hanya sekadar tulisan, tetapi juga membangun kesadaran untuk melindungi dan melestarikan ekosistem mangrove di pesisir,” harap Ati.