Samarinda,Natmed.id – Pendidikan anak berkebutuhan khusus tengah menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim).
Sebagai salah satu generasi penerus bangsa yang memiliki kondisi spesial itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur Puji Setyowati mengungkapkan terdapat banyak tantangan dalam pelaksanaan pendidikannya.
Salah satu kendala yang masih sulit dihadapi yaitu rasio kebutuhan jumlah tenaga pendidik dan jumlah anak berkebutuhan khusus yang belum berimbang.
Kondisi memperihatinkan ini tentu saja menghambat kegiatan belajar dan mengajar yang seimbang di wilayah tertentu di Kaltim, sehingga akan didapati beberapa sekolah berkebutuhan khusus harus membagi jadwal guru.
“Saat rasio jumlah guru yang tersedia dengan jumlah anak berkebutuhan khusus belum sebanding,” tuturnya saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Senin(30/10/2023)..
Wanita yang akrab disapa Puji itu, menjelaskan anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian khusus, terutama pada bulan pertama mereka dititipkan di sekolah.
Setiap anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian dan stimulus yang sesuai dengan karakter dan keistimewaannya.
Namun, akibat rasio perbandingan bagi satu guru untuk tiga hingga lima siswa, dirasa masih terlalu rendah dan memberatkan para guru dalam memenuhi kebutuhan mengajar harian.
Untuk mengatasi masalah ini, Puji Setyowati dan Komisi IV DPRD Kaltim mencari berbagai solusi, salah satunya adalah dengan pengangkatan guru-guru sekolah luar biasa (SLB) yang saat ini belum memiliki penempatan menjadi aparatur sipil negara (ASN).
Dengan demikian, menurut Puji, jumlah guru SLB yang tersedia akan bertambah dan dapat ditempatkan berdasarkan kebutuhan sekolah yang memerlukan penambahan tenaga pengajar.
Selain itu, kerja sama dengan perguruan tinggi negeri dalam mendirikan jurusan khusus untuk guru-guru SLB juga dinilai sebagai salah satu solusi.
Meskipun pendidikan tersebut sudah tersedia di pulau Jawa, namun upaya untuk membawanya ke Kaltim akan memerlukan waktu dan biaya yang besar.
Oleh karena itu, kerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Benua Etam ini dianggap sebagai alternatif yang layak.
“Semoga dengan upaya yang lebih besar, mereka dapat meraih pendidikan yang setara dengan anak-anak lainnya,” tutup Puji.