National Media Nusantara
Kesehatan

Menjadi Mitra Kemenkes, AHKI Komitmen Memajukan Hipnoterapi

Jakarta, Natmed.id – Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI) resmi menjadi mitra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) sebagai perkumpulan atau asosiasi penyehat tradisional pemberi rekomendasi Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT).

Kabar gembira itu disampaikan Ketua Umum AHKI Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH. Sabtu (25/12/2021).

“Setelah menanti lebih setahun akhirnya perjuangan panjang ini berbuah manis,” ujar Adi.

Ia berharap, ke depan AHKI bersama asosiasi atau lembaga pendidikan hipnoterapi lainnya bisa terus mengembangkan hipnoterapi ke jenjang lebih tinggi.

“Kita bermimpi Indonesia bisa jadi pusat riset pendidikan dan pelatihan hipnoterapi dunia. Karena sebenarnya di Indonesia punya banyak orang pintar, hanya selama ini belum dikenal di kancah internasional,” katanya.

Dikatakannya, AHKI resmi diakui sebagai mitra Kemenkes dalam ranah terapi olah pikir dan bisa memberi rekomendasi untuk pengurusan STPT.

AHKI mengajukan sebagai mitra Kemenkes sejak 20 November 2020. Akhirnya, mendapat balasan dari Kemenkes per 22 Desember 2021 dan diterima sebagai mitra Kemenkes dalam surat bernomor YT.01.02/IV.1/1979/2021. Surat tersebut ditandatangani secara elektronik oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Kemenkes RI, Dr. IGM Wirabrata, Apt.

Harapan memajukan hipnoterapi ke level lebih tinggi tidak berlebihan. Di antaranya bisa menetapkan standar baku dari mulai standar pendidikan, kompetensi, dan praktik hipnoterapi klinis.

“Kami berharap bisa membantu bangsa dan negara ini melalui hipnoterapi klinis,” harapnya.

Guru Besar Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc., PhD, Psikolog, mengatakan, tidak banyak ilmuwan yang menekuni hipnoterapi dan benar-benar fokus dalam mengembangkan keilmuannya sesuai level kompetensi minimal dan terjaga.

“Kata terjaga ini dibuktikan AHKI dengan adanya grup telegram yang tidak pernah ada hentinya dalam hal sharing kasus terus menerus. Ini yang membuat ilmu terjaga baik dari sisi pembaharuan ilmu hingga kode etik,” bebernya

Dari sisi keilmuan, menurut Kwartarini, pembaharuan ilmu juga didapat dari Eropa, Amerika dan Australia.

“Sebagai seseorang yang pernah beberapa tahun menjaga pendidikan magister profesi psikolog di Indonesia dan UGM, saya sangat bangga jadi bagian AHKI, sekaligus menjadi penjamin kompetensi di AHKI. Artinya, keilmuan di AHKI bisa dipertanggungjawabkan,” urai penasihat AHKI ini.

Lanjut dia, pusat pendidikan kompetensi clinical hypnosis AHKI yang ada di AWGI, saat ini bekerja sama dengan UGM serta enam pusat riset lainnya. Masing-masing Universitas Sumatera Utara, Universitas Gunadarma, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas Kristen Satya Wacana, dan Universitas Udayana. Riset dilakukan berbasis bukti klinis (evidence based), serta kompetensi ahli sesuai teknik yang diterapkan di lembaga pusat kajian AHKI di AWGI.

“Dari riset yang saat ini berjalan, perubahan klinis benar-benar bisa ditunjukkan, baik pada tataran validitas dan rehabilitasi. Selain itu intervensi dan kompetensi hipnoterapis juga sangat kompetitif dan andal,” ujarnya.

Kwartarini menegaskan akan siap mempublikasikan hasil riset tersebut jika sudah selesai. Riset yang dilakukan AHKI berpusat di AWGI dan UGM serta perguruan tinggi lain itu didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) selama 3 tahun.

“Lembaga ini jelas tidak main-main dan pasti melakukan seleksi ketat terhadap proposal penelitian yang diajukan. LPDP tidak mungkin memberikan dana penelitian untuk keilmuan yang belum teruji kualitasnya,” pungkasnya

Related posts

Pelayanan Integrasi, Kemenkes Inginkan ILP Kesehatan

Nediawati

Stigma Jadi Tantangan Penanggulangan TBC

Laras

LevelUpWithEnervonActive, Ajak Hidupkan Kembali Semangat Mengejar Impian

Intan