
Kukad, Natmed.id – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sedang menenun harapan baru dari hamparan desanya. Sepuluh desa wisata kini menjadi motor penggerak geliat pariwisata yang berbasis kearifan lokal, menawarkan pengalaman perjalanan yang bukan hanya menyegarkan, tetapi juga menghidupkan kembali sejarah, budaya, dan tradisi leluhur.
Dalam peta pariwisata terbaru yang dirilis Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, sepuluh desa ditetapkan sebagai destinasi unggulan. Masing-masing hadir dengan karakter tematik yang khas, mulai dari pesona alam, narasi sejarah perjuangan, hingga kekayaan budaya yang masih lestari.
Desa Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangunn ritual budaya. Lanskap yang memesona berpadu harmonis dengan aktivitas tradisional yang terus dijaga warganya.
Desa Kersik di Kecamatan Marang Kayu menampilkan panorama pesisir yang menawan. Garis pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar menjadi magnet utama, sementara wisata mangrove tengah dikembangkan sebagai bagian dari konsep ekowisata yang ramah lingkungan.
Desa Batuah di Kecamatan Loa Janan menawarkan pengalaman wisata agro. Pengunjung diajak menjelajahi kebun-kebun produktif yang menjadi sumber penghidupan warga, sekaligus merasakan denyut kehidupan pedesaan yang autentik.
Lebih ke pedalaman, Desa Lung Anai di Kecamatan Loa Kulu menjadi ruang untuk menyelami budaya Kutai yang masih terpelihara secara utuh. Kearifan lokal di sini terasa dalam setiap sudut kehidupan masyarakat.
Desa Kutai Lama di Kecamatan Anggana menyuguhkan nuansa religius dan jejak sejarah kerajaan Kutai. Masjid tua dan tradisi adat yang masih hidup menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau yang tak lekang oleh waktu.
Di Kecamatan Sanga-Sanga, Desa Sanga-Sanga Dalam menjadi saksi perjuangan rakyat melawan penjajah. Situs-situs bersejarah tersebar di berbagai sudut desa, menjadikannya tempat yang sarat edukasi dan makna ziarah untuk mengenang sejarah.
Desa Sumber Sari, juga di Kecamatan Loa Kulu, menggabungkan daya tarik wisata agro dengan pemandangan alam yang menyejukkan.
Sementara Desa Sangkuliman menjadikan ekowisata sebagai wajah utama, menghadirkan harmoni antara manusia dan alam.
Desa Muara Kaman Ulu di Kecamatan Muara Kaman menghadirkan kombinasi antara narasi sejarah dan kekayaan ekologi. Wisatawan dapat menyusuri sungai tua Mahakam sambil menyerap kisah masa silam yang masih bergaung.
Tak kalah pesona, Desa Pela di Kecamatan Kota Bangun menjelma menjadi destinasi wisata danau yang ikonik. Di sinilah Pesut Mahakam, mamalia air tawar langka, menjadi bintang utama. Danau ini bukan hanya surga ekowisata, tapi juga ruang hidup penting bagi warga.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara Arianto menyatakan bahwa geliat wisata desa bukan sekadar tren sesaat. Menurutnya, perubahan gaya hidup masyarakat modern yang menjadikan wisata sebagai kebutuhan justru membuka peluang besar untuk pengembangan desa-desa wisata.
“Wisata kini menjadi kebutuhan. Masyarakat mencari suasana baru, unik, dan tidak menguras kantong,” ujar Arianto, Rabu, 9 April 2025.
Karakter wisata desa yang otentik, murah, dan dekat dengan alam menjadi daya tarik utama. Arianto menilai bahwa desa-desa yang viral cenderung cepat menarik perhatian publik, dan di situlah festival desa memainkan peran penting sebagai pintu masuk bagi wisatawan.
“Festival menjadi panggung pertama bagi desa memperkenalkan kekayaan budayanya,” kata dia.
Ia menambahkan, pengembangan wisata desa harus tetap mengacu pada prinsip keberlanjutan yakni memberdayakan masyarakat lokal, melestarikan budaya, dan merawat lingkungan. (Adv)