Reporter: Emmi – Editor: Redaksi
Bontang, Natmed.id – Program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak begitu berpengaruh terhadap proses belajar mengajar bagi siswa siswi di pesisir Bontang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang Saparudin.
Menurutnya, lantaran kurangnya interaksi warga pesisir dengan orang luar, sehingga untuk potensi terpapar Covid-19 sangat kecil.
“Memang kalau bicara di pesisir, justru di sana lebih mudah dan bisa mengajar secara langsung Kan di sana kecil potensi tercemar Covid-19. Asalkan orang luar tidak masuk di wilayah mereka,“ tutur Saparudin Jumat (2/10/2020).
Kata dia, PJJ boleh saja tidak diberlakukan di sekolah pesisir, sebab murid yang lebih sedikit, dan guru tentunya bisa mengajar dengan lebih fleksibel. Syaratnya tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Yang penting tetap ikuti protokol kesehatan, serta bagaimana pelayanan dari guru itu sendiri. Karena yang lebih fleksibel itu justru dari pinggiran. Kalau di Kota kan beda, karena Covid-19 penyebarannya orang per orang,” jelasnya.
Ditanya terkait Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi para guru di wilayah pesisir, Saparudin mengungkapkan bahwa dana yang diberikan berbeda dengan sekolah di kota, karena ada pertimbangan, seperti biaya operasional, transportasi jarak tempuh dan letak lokasi sekolah yang berada di atas laut.
“Stimulan dan perlakuannya sama. Tapi mungkin dana BOSnya yang berbeda, misalnya di kota ini dapat Rp800 ribu, di sana dapat Rp2 juta. Mereka perlu untuk biaya operasionalnya. Karena transportasinya yang sulit,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa jumlah guru yang ditempatkan di sekolah di pesisir Bontang berkisar 20 guru.
“Sekitar lima daerah, antara lain Gusung, Tihik-Tihik, Selangan, Malahing dan Lok Tunggul. Gurunya sekitar 20 orang,” tandasnya.