
Kukar, Natmed.id – Rumah adat dan ritual panen tradisional yang masih lestari di Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dinilai berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi wisata budaya yang berdaya tarik tinggi.
Camat Sebulu Edy Fachruddin menegaskan pentingnya pelestarian warisan budaya lokal tidak hanya sebagai upaya mempertahankan jati diri. Namun, juga sebagai pintu masuk pengembangan ekonomi masyarakat melalui sektor pariwisata.
“Kami terus mengupayakan bahwa terbentuknya desa budaya ini artinya harus ada budaya yang kita tampilkan,” ujar Edy usai menghadiri Musrenbang RKPD Kukar, Selasa, 22 April 2025.
Edy mencontohkan ritual syukuran panen di Desa Lekaq Kidau sebagai salah satu tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat Dayak Kenyah Lepoq Bem.
Tradisi yang dikenal dengan nama Mecaq Undat ini melibatkan seluruh masyarakat dalam prosesi adat yang sarat makna dan penghormatan terhadap alam.
“Masyarakat menyisihkan sebagian hasil panen untuk keperluan Mecaq Undat. Tradisi ini bukan hanya perayaan, tapi juga bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam,” jelasnya.
Desa Lekaq Kidau sendiri dihuni oleh komunitas yang sejak tahun 1998 pindah dari Long Les. Mayoritas warga berprofesi sebagai petani dan menjadikan budaya sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Selain ritual adat, rumah adat juga menjadi aset budaya penting yang merepresentasikan identitas masyarakat Sebulu.
Edy menyebut rumah adat sebagai pusat kegiatan dan simbol eksistensi masyarakat adat. Namun, ia menyayangkan kondisi fisik rumah adat yang kini memerlukan perhatian.
“Kita sudah usulkan perbaikan atap dan pengecatannya. Karena rumah adat ini kuat sekali terkait adat,” tambahnya.
Meski demikian, potensi wisata budaya ini masih menghadapi kendala serius, terutama soal infrastruktur jalan menuju lokasi-lokasi budaya. Jalan yang belum memadai kerap menyulitkan akses warga maupun wisatawan.
“Sebelum kita bisa bicarakan pengembangan pariwisata budaya, akses jalannya dulu yang harus diperbaiki agar orang bisa datang dengan nyaman,” tegas Edy.
Ia berharap ada dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi untuk mempercepat perbaikan akses dan penguatan program budaya.
Menurutnya, jika ditunjang infrastruktur yang layak, rumah adat dan ritual budaya bisa menjadi daya tarik utama yang mendongkrak ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal. (Adv)