Samarinda, Natmed.id – Kesehatan mental remaja menjadi perhatian penting dalam pembangunan generasi masa depan.
Salah satu kondisi yang sering kali tidak disadari namun berdampak besar adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
ADHD bukan sekadar anak yang “nakal” atau “tidak bisa diam.” Ini adalah gangguan neuropsikiatri yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memusatkan perhatian, mengontrol impuls, dan mengatur perilaku.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, ADHD termasuk dalam gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder) yang biasanya muncul pertama kali pada masa kanak-kanak.
“Gangguan ini biasanya terdeteksi pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa,” dikutip dari ayosehat, website Kemenkes RI, diakses pada Sabtu, 12 April 2025.
Remaja dengan ADHD bisa menunjukkan gejala berbeda dari anak-anak. Beberapa ciri umum antara lain:
1. Kesulitan fokus, dalam mengerjakan tugas sekolah atau mendengarkan guru
2. Sering kehilangan barang, seperti alat tulis atau buku pelajaran
3. Impulsif, misalnya sering menyela pembicaraan atau sulit menunggu giliran
4. Gelisah berlebihan, tidak bisa duduk diam terlalu lama
5. Masalah dalam manajemen waktu dan menyelesaikan pekerjaan
ADHD yang tidak ditangani dapat menyebabkan kesulitan belajar, konflik sosial dengan teman dan keluarga, hingga rendahnya kepercayaan diri.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa mempengaruhi prestasi akademik, relasi sosial, dan kesehatan mental secara keseluruhan.
WHO mencatat bahwa ADHD mempengaruhi sekitar 5-7% anak dan remaja di seluruh dunia. Sayangnya, masih banyak kasus yang tidak terdiagnosis karena kurangnya pemahaman dan stigma yang melekat.
Kemenkes RI menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan terpadu untuk ADHD.
Penanganan bisa meliputi:
1. Terapi perilaku (Behavior Therapy)
2. Konseling psikologis
3. Pemberian obat-obatan jika diperlukan, sesuai dengan rekomendasi tenaga medis
4. Pendampingan keluarga dan guru agar remaja mendapat lingkungan yang mendukung
ADHD bukan akhir dari segalanya. Dengan pemahaman yang benar, diagnosis yang tepat, serta dukungan dari keluarga, sekolah, dan tenaga profesional, remaja dengan ADHD tetap bisa berprestasi dan menjalani kehidupan yang produktif.
Penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat luas untuk tidak mengabaikan tanda-tanda ADHD dan segera mencari bantuan profesional bila diperlukan.
Mari bersama menciptakan ruang tumbuh yang sehat dan inklusif untuk semua remaja Indonesia.
“Dengan dukungan dan tindakan yang tepat, anak dengan ADHD dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” tulis ayosehat.