Samarinda, Natmed.id – Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, kini memanfaatkan potensi besar melalui pengembangan padi biosalin.
Varietas padi ini dirancang khusus untuk bertahan di lahan dengan salinitas tinggi, membuka peluang baru bagi pertanian pesisir yang kerap terdampak air rob.
Padi biosalin, yakni Biosalin 1 Agritan dan Biosalin 2 Agritan, merupakan hasil inovasi anak bangsa yang dirilis Kementerian Pertanian pada 2020.
Kedua varietas ini tidak hanya tahan terhadap kondisi salinitas tinggi, tetapi juga memiliki produktivitas unggul, dengan hasil panen mencapai 8,75 ton per hektar untuk Biosalin 1 dan 9,06 ton per hektar untuk Biosalin 2.
“Dengan model integrasi mina-padi salin, yang mengombinasikan padi tahan salin dan ikan nila salin, petani pesisir bisa memperoleh manfaat ganda sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Koordinator Kelompok Riset Ekonomi Sirkular BRIN Tri Martini Patria, Rabu, 15 Januari 2025.
Kolaborasi antara Badan Riset Indonesia Nasional (BRIN) dan Universitas Diponegoro, juga menambahkan nilai keberlanjutan pada inovasi ini.
Salah satu adalah penilaian indeks sustainability untuk memastikan praktik pengelolaan air, energi, dan pangan dapat diterapkan tanpa merusak lingkungan.
Dengan metode ini, lahan-lahan pesisir yang sebelumnya tidak produktif dapat diubah menjadi sumber pangan potensial, sekaligus mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Inovasi padi biosalin ini menjadi terobosan penting, tidak hanya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, tetapi juga sebagai strategi adaptasi bagi petani di kawasan pesisir Indonesia.