Samarinda, natmed.id – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Kalimantan Timur menggelar Musyawarah Daerah (Musda) pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Forum yang berlangsung di Hotel Mercure, Samarinda, ini bukan sekadar ajang seremonial atau formalitas pergantian kepemimpinan.
Di bawah kendali Rudy Mas’ud, Musda justru diarahkan menjadi titik simpul untuk memperkuat konsolidasi internal, memperjelas arah strategi, dan membangun fondasi kolektif bagi perjuangan politik Golkar di Kalimantan Timur ke depan.
Rudy Mas’ud, yang menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Kaltim dan kini dipercaya sebagai Gubernur Kalimantan Timur, memanfaatkan panggung Musda untuk meneguhkan posisi Golkar sebagai salah satu pilar utama dalam lanskap politik daerah.
Dalam pidatonya yang disampaikan penuh ketegasan, Rudy tak hanya menyoroti keberhasilan partainya dalam Pemilu 2024, melainkan juga menggarisbawahi pentingnya kesinambungan organisasi.
Ia menyebut kemenangan Golkar di Kalimantan Timur bukan sekadar capaian elektoral, melainkan cermin dari kepercayaan rakyat terhadap kekuatan dan ketangguhan partai dalam menyerap serta memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Kami tentu siap bertanding dan bersanding. Siapapun yang terpilih dalam Musda ini bukan sekadar pemenang pribadi, melainkan hasil komitmen kolektif untuk membesarkan Benua Etam,” ujar Rudy.
Seperti diketahui, dalam proses penjaringan calon ketua DPD, tak muncul nama lain selain dirinya. Situasi ini memperlihatkan sinyal kuat bahwa Rudy Mas’ud akan kembali memimpin Golkar Kaltim untuk periode selanjutnya. Kendati tanpa kompetitor, Rudy menolak melihat proses ini sebagai aklamasi semata. Baginya, Musda tetap merupakan arena evaluasi dan penajaman arah gerak partai.
Lebih jauh, Rudy menjabarkan empat agenda strategis yang akan menjadi fokus kerja kepengurusan ke depan apabila ia kembali diamanahkan memimpin. Pertama, ia berkomitmen melaksanakan konsolidasi secara menyeluruh hingga tingkat desa. Langkah ini dipandang penting untuk memperkuat struktur partai di akar rumput dan memastikan jalannya komunikasi politik yang efektif.
Kedua, ia menekankan pentingnya regenerasi dan kaderisasi yang menyeluruh. Golkar, menurutnya, tidak boleh terjebak pada figur semata, tetapi harus melahirkan sumber daya manusia politik yang siap tampil dan bersaing di berbagai tingkatan kepemimpinan.
Ketiga, Rudy mematok target yang cukup ambisius: kemenangan di semua lini, baik legislatif maupun eksekutif. Ini dianggap sebagai prasyarat penting bagi Golkar untuk tetap menjadi kekuatan dominan dalam panggung politik daerah.
Adapun agenda keempat dan sekaligus menjadi puncak orientasi politik Golkar Kaltim adalah kemenangan besar di Pilkada 2030.
“Musda ini adalah langkah awal untuk menyusun barisan. Kita akan menyongsong Pilkada 2030, dan kemenangan itu harus disiapkan sejak sekarang,” ujar Rudy, menyiratkan bahwa orientasi politik Golkar tidak berhenti pada kepentingan jangka pendek.
Tak hanya berbicara dalam konteks elektoral, Rudy juga menyerukan pentingnya peran aktif Golkar dalam proses pembangunan Kalimantan Timur, terutama menyambut kehadiran Ibu Kota Negara (IKN).
Ia menegaskan bahwa Golkar merupakan partai yang terbuka untuk berkolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang suku maupun agama.
Menurutnya, Golkar harus menjadi rumah besar politik yang inklusif, hadir di tengah masyarakat untuk menyuarakan aspirasi, serta mengambil peran aktif dalam pembangunan Kalimantan Timur secara bersama-sama.