
Kukar, Natmed.id – Di tengah laju modernisasi yang terus mengubah pola hidup masyarakat, warga Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tetap menjaga kelestarian ritual adat Belian.
Tradisi leluhur Suku Dayak Tunjung ini diyakini memiliki kekuatan spiritual untuk menyembuhkan penyakit non medis dan menghalau gangguan dari roh halus.
Ritual Belian merupakan bagian dari kepercayaan lokal yang telah diwariskan lintas generasi. Masyarakat meyakini bahwa penyakit tak hanya disebabkan oleh faktor fisik, tetapi bisa juga karena gangguan spiritual dari roh leluhur yang marah atau kekuatan magis yang tidak terlihat.
“Biasanya kalau ada orang sakit yang bukan karena penyakit medis, maka digelarlah prosesi Belian ini,” ujar Hasan Alwi, Staf Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Kembang Janggut, saat ditemui pada Jumat 2 Mei 2025.
Ia menjelaskan, dalam pelaksanaan upacara Belian, pemeliat atau orang yang memiliki kemampuan spiritual akan memimpin ritual untuk berkomunikasi dengan roh-roh tersebut.
Tujuannya adalah memohon kesembuhan bagi pasien sekaligus melindunginya dari marabahaya di masa mendatang.
Ritual ini dilakukan dengan tata cara khusus yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap jenis Belian disesuaikan dengan kondisi pasien dan penyebab penyakit yang diyakini, Mulai dari Belian biasa untuk sakit ringan hingga Belian besar yang digelar saat terjadi wabah atau bencana.
“Masyarakat Dayak Tunjung sangat mempercayai upacara adat Belian serta pemeliat yang mengobati mereka agar terhindar dari marabahaya sehingga menumbuhkan suatu keyakinan,” imbuh Hasan.
Lebih dari sekadar pengobatan alternatif, tradisi Belian memiliki nilai-nilai spiritual dan budaya yang kuat. Tradisi ini merupakan simbol hubungan harmonis antara manusia, alam, dan roh leluhur. Oleh karena itu, ritual ini memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat Dayak Tunjung.
Pemerintah Kecamatan Kembang Janggut turut mengakui pentingnya melestarikan tradisi tersebut.
Hasan menyebut bahwa tradisi ini adalah bagian dari peradaban lokal yang harus dijaga. Tidak hanya sebagai identitas budaya, tetapi juga sebagai warisan spiritual yang memperkuat kebersamaan masyarakat.
“Kami berharap ritual adat seperti ini dapat terus dirawat,” pungkasnya.(Adv)