Bontang, Natmed.id – Wakil Ketua Komisi DPRD Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) Raking menyatakan bahwa penanganan masalah stunting perlu dilakukan lebih spesifik.
Tujuannya agar saat diterapkan dapat mencapai sasaran yang tepat. Apalagi, pemerintah telah menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen di setiap daerah.
Untuk mewujudkannya, Raking menekankan perlunya meningkatkan upaya bersama dalam menangani masalah yang menjadi perhatian nasional tersebut.
“Seluruh jajaran pemerintah sudah bekerja keras untuk menangani hal ini. Saya rasa perlu diapresiasi juga,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Langkah yang telah dijalankan, di antaranya pemberian makanan bergizi tambahan, pembentukan orang tua asuh, bantuan perbaikan tempat tinggal keluarga dengan akses air bersih, dan program operasi timbang telah memberikan dampak positif.
Menurut Raking, hasil program-program tersebut terlihat dari penurunan prevalensi stunting di Bontang dari 26 persen pada 2021 menjadi 21 persen pada 2022.
Ia mendorong pemerintah untuk tidak puas dengan hasil saat ini. Raking menyarankan pendekatan baru yang lebih spesifik dan tepat sasaran, dengan memperhatikan klaster dan mengidentifikasi sumber masalah.
Ia menekankan bahwa stunting bukan hanya masalah pemenuhan makanan bergizi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
“Persoalan stunting ini jangan hanya diartikan dari pemenuhan makanan bergizi, tetapi faktor lingkungan juga mempengaruhi. Maksud saya didata, dikelompokkan sesuai masalahnya. Saya yakin cara itu efektif,” imbuhnya penuh keyakinan.
Pemerintah Kota Bontang sendiri telah melakukan kegiatan operasi timbang serentak di 121 posyandu di 15 kelurahan pada 9 November lalu.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk validasi data angka stunting di Kota Taman dan memantau perkembangan situasi rawan stunting di masing-masing daerah.