Reporter: Emmi – Editor: Redaksi
Bontang. Natmed.id – Penggunaan pestisida untuk bercocok tanam seolah-olah menjadi barang wajib. Namun, ternyata berdampak pada hasil tanaman yang kurang sehat dan mengandung bahan kimia. Sadar akan hal ini, UPTD Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) mengajarkan petani menggunakan bahan organik untuk menyuburkan tanah maupun hasil produksinya yang sehat.
Heru Gendroyono, Kepala UPTD POPT Kota Bontang, menjelaskan pestisida bisa diganti dengan bahan yang lebih aman. Salah satunya adalah pupuk organik cair (POC). Merupakan pupuk organik berbentuk cair hasil fermentasi kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan dengan bantuan bioaktivator.
“POC berfungsi memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan perangsang tumbuh,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, POC dibuat dari kotoran ayam 1 dengan takaran 1 karung, dedak setengah karung. Kemudian daun hijau, gula merah, dekomposer EM4 dan air bersih. Semua bahan ini dicampur dalam 1 ember plastik yang cukup besar. Pembuatan POC ini memerlukan waktu sekitar 7-10 hari karena proses fermentasi. Untuk mengetahui tingkat kematangannya buka tutup dan cium adonan.
“Jika berbau seperti tape adonan sudah matang, saringlah dan ampasnya digunakan sebagai pupuk organik padat,” jelasnya.
Selain POC, bahan alami lain adalah Mikro Organisme Lokal (MOL), yakni cairan yang mengandung mikroorganisme hasil produksi bahan lokal berfungsi sebagai media perkembangan mikroorganisme yang berguna menyuburkan tanah. MOL mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan biang kompos.
“Bahannya hanya menggunakan buah pepaya, nanas, pisang, air cucian beras, air kelapa, gula merah yang sudah dilarutkan,” ujarnya.
Buah-buahannya tersebut dicuci, di potong potong kemudian diblender, dimasukkan kedalam wadah. Kemudian tambahkan air kelapa, air cucian beras, larutan gula merah, aduk semua bahan hingga mencair dan berwarna kemerahan. Bahan alami berikutnya adalah Plant Growth Promoting Rhizobakter (PGPR), adalah kumpulan bakteri penyedia hara yang hidup didaerah perakaran, yang berguna memacu pertumbuhan tanaman, mempercepat proses pengomposan dan menekan serangan penyakit tanaman.
“PGPR ini dibuat dari bahan akar bambu, dedak, terasi gula merah, kapur sirih, air bersih diwadahi dengan ember dan toples kaca,” ucapnya.
Cara pembuatannya, akar bambu dicuci terlebih dahulu masukkan ke toples kaca berisi air matang yang sudah dingin. Rendam selama 4-5 hari saring dan disimpan di botol tertutup.