Reporter: Emmi – Editor: Redaksi
Bontang, Natmed.id – Para petani holtikultura harus lebih memperhatikan hasil budidaya tanamannya. Betapa tidak, jika produk pertanian ini mengandung banyak residu kimia, beresiko produk akan langsung ditolak ekspor.
Hal itu disampaikan saat kegiatan Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Ramah Lingkungan, garapan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, khususnya bidang pertanian Kamis (5/3/2020). Narasumber dari UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kaltim, untuk memberikan pembelajaran terkait dengan pembuatan pupuk organik dan pembuatan perangkap hama.
Kepala UPTD Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Tanaman Pangan dan Holtikultura Kaltim, Gendroyono menjelaskan, kebanyakan petani menggunakan pestisida kimia pada tanaman. Hal ini membuat pihaknya sadar akan kerugian yang ditimbulkan, salah satunya ialah adanya bahan kimia yang mengandung pada tumbuhan. “Ini sekaligus menjadi salah satu kendala ekspor kita, jika produk banyak mengandung residu kimia itu akan di kembalikan atau ditolak,” ungkapnya.
Lanjutnya, misi UPTD Proteksi, itu bukan hanya sekadar melindungi dari kerugian dari hama penyakit, lebih jauh lagi agar mengasilkan produk pertanian yang berkualitas, dalam artian kadar racun dan kimianya berkurang, serta sehat untuk dikonsumsi. “Tugas kami dalam melindungi hama penyakit, mempunyai nilai lebih. Bukan hanya tanaman yang aman. Akan tetapi, produknya pun berkualitas, residu pertisidanya kecil,” tegasnya.
Karena itu, DKP3 Kota Bontang melatih para petani untuk mengurangi penyakit dengan menggunakan teknik PHT (Pelatihan Hama Terpadu), ramah akan lingkungan, yang akan berujung sampai ke organik. “Seperti membuat perangkap serangga hama menyuburkan tanah, menyehatkan tanaman, sehingga produksinya berkualitas. Sedikit mengandung bahan kimia, baik dari pupuk maupun pestisidanya,” jelasnya.
Untuk diketahui, proses pembuatan pestisida nabati diantaranya menggunakan Micro Organik Lokal (MOL) , Pupuk Organik Cair (POC) dan Plant Growth Promoting Rhizobakter (PGPR) yang berasal dari ekstrak tumbuh tumbuhan seperti akar bambu, buah nanas, pepaya serta pisang. Ketiga produksi bahan organik tersebut, memiliki banyak fungsi seperti mengkomposkan tanah serta membantu memberikan makanan pada tumbuhan.
“Kami mecoba mengembangkan hal positif untuk menyehatkan tanah dan tumbuhan. Memang metode ini sedikit rumit. membutuhkan proses yang lama, namun hasilnya sangat berkualitas,” pungkasnya.