Samarinda, Natmed.id – Kebijakan retribusi penggunaan fasilitas olahraga di Stadion Gelora Kadrie Oening Samarinda resmi berlaku sesuai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2024. Fasilitas yang sebelumnya bisa dipakai gratis, kini dikenakan tarif dengan besaran berbeda, termasuk lintasan atletik sebesar Rp500 ribu per hari.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim Sri Wahyuni menegaskan bahwa stadion pada prinsipnya diprioritaskan bagi atlet yang berlatih. Menurutnya, lintasan dan fasilitas di dalam stadion memiliki standar khusus dengan biaya perawatan tinggi sehingga tidak bisa digunakan sembarangan.
“Stadion ini memang untuk atlet. Saya juga sering olahraga, misalnya di GBK atau Velodrome, dan memang tidak bisa masuk sembarangan karena peruntukannya jelas,” ujar Sri Wahyuni, Jumat, 26 September 2025.
Ia menambahkan, masyarakat tetap difasilitasi dengan area khusus di luar stadion agar aktivitas olahraga tidak mengganggu persiapan maupun latihan atlet.
“Jangan sampai ketika atlet berlatih, terganggu dengan aktivitas masyarakat yang hanya sekadar jalan kaki atau lari kecil,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Pengelolaan Prasarana Olahraga Gelora Kadrie Oening Junaidi mengakui kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra. Namun, ia menegaskan pihaknya hanya menjalankan aturan yang sudah ditetapkan.
“Kalau ada pro kontra, mari kita cari solusinya. Kalau masyarakat menginginkan lintasan atletik gratis, maka harus diusulkan ke pemerintah. Kami tidak bisa gegabah karena dasar hukumnya jelas,” ujarnya, Kamis, 25 September 2025.
Adapun tarif penggunaan stadion ditetapkan bervariasi. Lapangan bola diberlakukan tarif komersial Rp40 juta per malam dan Rp30 juta per siang. Untuk kegiatan sosial dipatok Rp25 juta (malam) dan Rp20 juta (siang), sedangkan kegiatan keolahragaan Rp2 juta per dua jam.
Menurut Junaidi, seluruh pendapatan retribusi akan masuk kas daerah untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus pengembangan sarana stadion. Namun untuk operasional harian, pihaknya tetap harus mengajukan anggaran ke pemerintah.
“Contoh biaya perawatan rumput Stadion Sempaja saja mencapai Rp2 miliar, jadi memang tidak mudah,” jelasnya.
Sebagai solusi jangka panjang, Junaidi mengusulkan agar pemerintah menyediakan lokasi khusus untuk kegiatan sosial masyarakat.
“Kalau ada tempat tersendiri untuk acara sosial, maka fungsi lapangan utama tidak terganggu,” tukasnya.