Reporter: Emmi-Editor: Redaksi
Bontang, Natmed.id – Belakangan ini angka pasien positif Covid-19 di Kota Bontang selalu berubah setiap harinya. Bahkan Kota Taman ini pernah mengalami zero pasien positif Covid-19 dalam tujuh bulan ini dan angka penambahan kembali naik.
Dalam kondisi seperti ini alat uji hasil swab atau dikenal dengan Real-Time Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sangat dibutuhkan masyarakat Bontang.
Pastinya alat ini untuk mempercepat proses pemeriksaan hasil swab, agar hasil laboratorium lebih cepat diketahui penderita.
Direktur RSUD Taman Husada Bontang dr I Gusti Made Suardika mengungkapkan bahwa RSUD atau pun Dinas Kesehatan (Dinkes) memang membutuhkan alat ini.
“Kami memang ingin sekali ada alat PCR. Sebab jika pasien sudah rapid test dengan hasil positif atau rapid antigen positif, bisa segera di PCR dan tidak perlu lama menunggu hasilnya,” jelasnya usai Rapat Kerja bersama Komisi II DPRD Kota Bontang, Selasa (6/10/2020).
Menurutnya, jika mengirim swab ke Samarinda akan membutuhkan waktu beberapa hari. Sementara hasil swab harus segera diketahui oleh penderita.
“Takutnya jika mereka yang menunggu hasil swab ini berkeliaran dan bisa menularkan pada yang lain,” ungkapnya.
Jika RSUD Taman Husada Bontang memiliki alat PCR ini, hanya menunggu waktu 8 jam hasil akan keluar lebih cepat.
“Jika kita punya PCR di sini hasil akan keluar sekitar 8 jam saja. Kalau dia positif Covid-19 bisa dikarantina mandiri atau langsung mendapat perawatan di RSUD Bontang,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kota Bontang Rustam menyatakan bahwa dengan kondisi selama ini semakin banyak masyarakat Kota Bontang yang terkena Covid-19 maka alat PCR sangat dibutuhkan.
“Dari awal Covid-19 muncul selalu saya sampaikan pada Dinas Kesehatan dan RSUD supaya membeli PCR. Alat ini bukan hanya untuk Covid-19, tapi juga bisa digunakan pada penyakit lainnya,” paparnya.
Ia meminta dinas terkait atau pun rumah sakit pelat merah untuk memikirkan dampak positif apabila Kota Bontang memiliki alat PCR sendiri.
“Jika ada yang rapid hasil positif terus mereka disuruh menunggu selama seminggu, apakah bisa dijamin jika mereka tidak berkeliaran kemana-mana. Kalau mereka berkeliaran selama menunggu hasil tersebut maka keburu menularkan ke yang lain, tidak akan selesai memutus mata rantai Covid-19 ini,” kata Rustam.