Reporter: Emmi-Editor: Redaksi
Bontang, Natmed.id – Alat Polymerase Chain Reaction (PCR) yang diketahui berfungsi untuk pemeriksaan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan berkisar Rp 3-5 miliar. Alat ini sangat dibutuhkan di masa pandemi untuk mendeteksi seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.
Direktur RSUD Taman Husada Bontang dr I Gusti Made Suardika mengungkapkan bahwa belum bisa membeli alat tersebut di perubahan ini karena dana terbatas.
“Semoga di tahun 2021 kita bisa membeli alat PCR permanen atau mobile sekitar Rp 3 miliar. Saat ini kita masih mengirim ke Samarinda, kalau di PKT ada alat PCR tapi pemeriksaannya bayar sekitar Rp 2 juta,” urainya di Lantai Dua Kantor DPRD Bontang, Selasa (6/10/2020).
Dokter Gusti menyatakan jika untuk tracing masyarakat, sampel dibawa ke Samarinda. Sedangkan jika ingin pemeriksaan secara mandiri bisa langsung ke PKT.
“Kalau di PKT 8 jam sedangkan di Samarinda bisa sekitar 7-10 hari hasilnya baru keluar. Karena di Samarinda antri dan banyak yang ke sana, mudahan dananya ada di 2021 ini,” ucapnya.
Ketua Komisi II DPRD Bontang Rustam menyatakan bahwa hingga saat ini hanya Bontang yang tidak memiliki alat PCR. Sedangkan kota lainnya di Kaltim sudah memiliki alat PCR seperti Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Balikpapan.
“Bontang kok nggak beli, apa masalahnya kok susah banget beli. Sementara harganya sekitar Rp 5 miliar saja dan untuk berkesinambungan. Beli lah, kan bisa dipasarkan juga. Bisa mengecek penyakit-penyakit lain. Sekali lagi saya tegaskan bahwa alat PCR ini penting. PKT saja beli dan mereka punya alat PCR itu,” katanya.
Rustam mengungkapkan bahwa saat ia kunjungan kerja ke laboratorium kesehatan Kaltim itu banyak sekali orang yang mengantri di sana hingga ribuan orang.
“Jika ada yang rapid dengan hasil positif dan menunggu selama seminggu. Mereka berkeliaran kemana-mana keburu menularkan ke yang lain. Saya ingin Dinas Kesehatan serius, saya sudah capek menyampaikan untuk membeli alat ini,”jelasnya
“Dari awal semenjak ada Covid-19 ini, saya dorong untuk beli PCR namun sampai sekarang tidak beli-beli,” sambungnya.