Samarinda,Natmed.id – Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono mengatakan bahwa banyak cara bisa dilakukan dalam mengaplikasikan semangat bela negara. Tidak harus mengangkat senjata dan bertempur di medan perang.
Hal ini disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Bela Negara (HBN) Ke-75 yang jatuh pada 19 Desember 2023. Dalam kesempatan itu, Nidya mengajak masyarakat membela negara dengan menjaga kerukunan.
Menurutnya, salah satu cara mewujudkan kerukunan itu dengan menghargai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Indonesia mengajarkan bahwa walaupun berbeda-beda namun tetap ada kesatuan.
Politikus Partai Golkar itu menyatakan bahwa terdapat banyak perbedaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal itu seperti bahasa, ras, suku, agama, latar belakang, dan banyak lagi. Namun, bagi Nidya, hal ini bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.
Menurutnya, perbedaan membawa cerita yang baru dan menyenangkan. Perbedaan membuat setiap hal menjadi unik. Selain itu, perbedaan mengharuskan manusia belajar untuk menjadi pribadi yang santun dan saling menghormati.
“Bela negara itu tentang kerukunan, menjaga kerukunan. Jangan jauh-jauh angkat senjata, perang. Saling rukun dan menghormati sesama atas perbedaan saja itu sudah bela negara,” sebutnya di Angkringan Punakawan Jalan Wijaya Kusuma XII Samarinda, Selasa (19/12/2023).
“Itu yang jadi unik, jadi cerita seru kita kan, perbedaan. Kalau sama semua apa serunya. Karena beda ini, beda itu, banyak keseruan. Jadi hormati perbedaan,” sambungnya.
Selain itu, memasuki tahun politik 2024, Nidya mengimbau masyarakat untuk menjaga kesatuan dan kerukunan di atas banyaknya perbedaan antarcalon pemimpin yang diinginkan.
Nidya menegaskan, pesta demokrasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 14 Februari 2024, harus menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan pulang dengan perasaan gembira.
Untuk itu, Nidya berharap masyarakat juga dapat merasakan momentum Pemilu sebagai kesempatan bersilaturahmi bersama tetangga. Hal ini seperti halnya sebuah pesta tanpa membawa rasa kesal atau kebencian akan perbedaan.
“Namanya pesta harus senang. Jadi Pemilu kita bawa sebagai pesta, kumpul sama tetangga, senang-senang, tinggalkan rasa benci,” tutupnya.