Samarinda, Natmed.id – Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Wagub Kaltim) Seno Aji meninjau lokasi longsor di Jalan Belimau, Gang Bulutangkis RT 22, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Rabu pagi, 14 Mei 2025.

Kunjungannya itu untuk melihat langsung dampak bencana yang merenggut empat korban jiwa dan mengakibatkan dua orang terluka. Dalam kesempatan itu, Wagub Seno juga menyerahkan bantuan kepada keluarga korban dan warga terdampak.
Bencana tanah longsor itu terjadi pada Senin, 12 Mei 2025 sekitar pukul 05.00 Wita. Kejadiannya, setelah hujan deras mengguyur kawasan Samarinda Utara hingga beberapa jam. Satu unit rumah yang dihuni satu keluarga tertimbun material longsor.
Proses pencarian korban dilakukan tim gabungan dari BPBD Samarinda, Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan warga Lempake. Akibatnya, sebanyak enam korban ditemukan. Empat di antaranya dinyatakan meninggal dunia, dan dua korban terakhir yang ditemukan pada Selasa sore, 13 Mei 2025, setelah evakuasi menggunakan alat berat.
“Dari satu kepala keluarga, ada empat orang yang meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka. Ini musibah yang sangat memprihatinkan,” ujar Seno Aji
usai menyerahkan santunan kepada pihak keluarga.
Ia menegaskan bahwa lokasi longsor berada di kawasan dengan kondisi geografis yang tidak layak huni. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim berencana melakukan mitigasi dan kajian geologi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Kami tinjau ke sini, memang kalau dilihat dari penampakan morfologinya, kawasan ini tidak layak huni. Saya sudah kontak Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia wilayah Kaltim agar dilakukan mitigasi bencana. Nantinya, hasilnya akan disampaikan ke BPBD atau Brida,” jelasnya.
Seno juga menyampaikan bahwa Pemprov Kaltim melalui Dinas Sosial telah menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak. Bantuan itu meliputi beras, sembako, dan kebutuhan dasar lainnya. Selain itu, keluarga korban meninggal dunia mendapat santunan uang tunai.
“Kami berikan bantuan uang tunai sebesar Rp5 juta untuk masing-masing korban yang meninggal dunia. Selain itu, dari BPJS juga akan ada santunan kematian sebesar kurang lebih Rp40 juta per orang,” katanya.
Terkait tempat tinggal bagi korban yang selamat, pemprov membuka peluang untuk membangunkan rumah layak huni asalkan mereka memiliki lahan pribadi.
“Sebagian besar korban tinggal di rumah kontrakan. Tapi, jika ada yang punya lahan, silakan sampaikan ke kami di pemerintah provinsi, nanti kita bantu bangunkan rumahnya,” tambah Seno.
Saat ini, para korban yang selamat sementara mengungsi di rumah kerabat. Pemerintah masih mendata kebutuhan lanjutan mereka sambil menunggu hasil koordinasi lebih lanjut dengan instansi terkait.
“Kita belum tahu ke depannya mereka mau tinggal di mana. Tapi, kalau memang dibutuhkan, mereka bisa mengajukan bantuan ke BPBD atau ke pemprov langsung, nanti akan kami tindak lanjuti,” pungkasnya.
Peristiwa longsor di Lempake ini menjadi pengingat pentingnya kesadaran masyarakat dalam menilai risiko tempat tinggal, terutama di wilayah-wilayah perbukitan dan lereng dengan struktur tanah labil.
Sementara itu, BPBD Kota Samarinda juga menyampaikan bahwa setidaknya terdapat lebih dari 30 titik rawan longsor di kota ini. Lokasinya, terutama di daerah utara dan timur yang berbatasan dengan kawasan hutan dan perbukitan.
Sebagai tindak lanjut, Pemkot Samarinda akan melakukan pemetaan ulang terhadap zona merah longsor. Langkah ini juga dengan mempercepat rencana relokasi warga yang tinggal di wilayah berisiko tinggi. Wali Kota Samarinda Andi Harun juga telah menginstruksikan camat dan lurah untuk segera mendata warganya yang tinggal di zona rawan dan melaporkannya ke BPBD.
Pemprov Kaltim pun mendorong masyarakat untuk melapor jika tinggal di lokasi berisiko agar upaya mitigasi dan bantuan dapat diberikan lebih cepat dan tepat sasaran.