Pasuruan, Natmed.id – Kementerian Agama Kota Pasuruan bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Gereja Tabernakel Indonesia “Bukit Zaitun”, serta Pemerintah Kota Pasuruan menggelar penanaman pohon matoa dan dialog tokoh lintas agama, Kamis 20 November 2025. Kegiatan tersebut digelar untuk memperingati Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama RI ke-80 sekaligus menguatkan implementasi ekoteologi.

Acara yang berlangsung di kompleks Gereja Tabernakel Indonesia “Bukit Zaitun” itu dimulai pukul 07.00 WIB. Sejumlah tokoh hadir, termasuk Wakil Wali Kota Pasuruan, Plt Kesbangpol, Camat Panggungrejo, Lurah Pekuncen, serta Ketua FKUB Kota Pasuruan. Kehadiran para pemangku kebijakan lintas lembaga menjadi simbol kolaborasi penguatan harmoni lingkungan.
Wakil Wali Kota Pasuruan H. Nawawi menegaskan bahwa isu pelestarian alam bukan hanya tugas pemerintah. “Merawat bumi adalah komitmen bersama, termasuk pemuka agama dan masyarakat,” ujarnya di hadapan peserta. Ia menilai pendekatan ekoteologi mampu mempertemukan nilai keagamaan dengan kepedulian lingkungan.
Kepala Kantor Kemenag Kota Pasuruan, Dr. H. Rasyidi, menyampaikan pesan bahwa HAB tahun ini mendorong semangat pelayanan yang lebih inklusif. Menurutnya, penanaman pohon matoa dipilih karena pohon tersebut memiliki daya tahan tinggi dan bermanfaat bagi kawasan permukiman. “Kami ingin ada simbol yang terus tumbuh seperti harapan kita pada kerukunan,” katanya.
Ketua FKUB Kota Pasuruan H. Makmur Salim menyebut menyebut dialog lintas iman penting untuk menjaga komunikasi antarumat beragama. Ia menilai bahwa aksi tanam pohon menjadi ruang bersama untuk memperkuat relasi sosial. “Kerukunan tidak cukup dibangun lewat pertemuan formal, tetapi melalui kerja nyata,” ujarnya dalam forum diskusi.
Sementara itu, Plt Kesbangpol mengapresiasi sinergi Kemenag dan unsur masyarakat dalam agenda tersebut. Ia mengatakan kegiatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dapat mempercepat upaya penghijauan di kota setempat. Menurutnya, masyarakat perlu ikut serta menjaga tanaman yang ditanam hari ini agar manfaatnya berkelanjutan.
Camat Panggungrejo H Hermanto dalam forum dialog menjelaskan bahwa kawasan Panggungrejo dan sekitarnya membutuhkan lebih banyak ruang hijau. Ia berharap kegiatan semacam ini rutin dilakukan di berbagai wilayah kecamatan. “Kami siap mendukung, termasuk memfasilitasi lokasi jika ada program lanjutan,” ungkapnya.
Lurah Pekuncen, Dina Catur Puttiani juga menambahkan bahwa penguatan nilai lingkungan harus dimulai dari tingkat kelurahan. Ia menyampaikan bahwa partisipasi warga Pekuncen dalam agenda pelestarian alam cukup tinggi, sehingga kegiatan ini diharapkan memperluas kesadaran ekologis. “Kami ingin wilayah kami menjadi contoh lingkungan yang bersih dan teduh,” ujarnya.
Pada sesi penanaman pohon, para tokoh lintas agama menanam bibit matoa di halaman gereja bersama peserta lainnya. Suasana berlangsung akrab, memperlihatkan simbol kerukunan dalam aksi konkret. Para panitia memastikan bibit akan dirawat secara berkala oleh pihak gereja dan warga sekitar.
Kegiatan ditutup dengan ajakan bersama untuk menjaga keberlanjutan lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab moral lintas agama. Penyelenggara menegaskan bahwa gerakan ekologis ini tidak berhenti pada seremoni, tetapi akan menjadi program berkelanjutan selama tahun 2025–2026.
