Samarinda, Natmed.id – Layanan kedokteran nuklir di Kalimantan Timur berkembang pesat dan kini menjadi rujukan bagi kawasan regional. Sejak mulai beroperasi pada 2018, lebih dari 8.000 pasien telah ditangani, meliputi diagnostik kanker, terapi tiroid, hingga pemeriksaan penyakit jantung koroner.
Hal itu mengemuka dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler XXVII di Hotel Mercure Samarinda, Jumat 5 September 2025. Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud hadir dan menyoroti pentingnya deteksi presisi untuk menghadapi kasus kanker dan penyakit tidak menular lain yang terus meningkat.
“Pasien datang bukan hanya dari Kalimantan Timur, tetapi juga dari Kalimantan lain, Sulawesi, Papua, hingga Sumatera. Ini bukti layanan kedokteran nuklir di sini punya potensi besar sebagai pusat kesehatan modern,” kata Rudy.
Data Dinas Kesehatan Kaltim 2024 menunjukkan kasus kanker tiroid, payudara, dan serviks melonjak signifikan dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini menambah beban di tengah prevalensi penyakit jantung, stroke, diabetes, dan TBC yang masih tinggi. Rudy menyebut hal tersebut menuntut terobosan layanan kesehatan yang cepat dan berbasis teknologi.
Kaltim memiliki wilayah sekitar 127.482 kilometer persegi dengan lebih dari 1.000 desa dan kelurahan. Akses layanan kesehatan di pedalaman, pesisir, dan perbatasan masih timpang, sehingga teknologi kedokteran nuklir dianggap sebagai jawaban untuk mempersempit kesenjangan.
“Pembangunan Ibu Kota Nusantara memberi peluang besar. Kita ingin Kaltim tidak hanya jadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat pelayanan kesehatan modern yang bisa melayani kawasan timur Indonesia,” tambah Rudy.
PIT tahun ini mengusung tema Strengthening Nuclear Medicine and Molecular Theragnostic Role in Multidisciplinary Approach Personalized Medicine. Forum menghadirkan pakar dari Australia, Belanda, Jepang, Inggris, Taiwan, Singapura, Thailand, hingga India, serta dokter spesialis dari RS Hasan Sadikin Bandung.
Rudy berharap pertemuan ilmiah ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi momentum memperkuat komitmen kolaborasi lintas profesi dan lintas negara.
“Generasi emas 2045 hanya bisa lahir dari masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Kedokteran nuklir molekuler adalah bagian penting menuju tujuan itu,” ucapnya.