Samarinda, Natmed.id – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur, Muhammad Faisal, menyampaikan bahwa di awal tahun ini pihaknya menetapkan program internet gratis untuk pelayanan publik sebagai salah satu skala prioritas.
Langkah ini menyasar kantor desa, puskesmas pembantu, hingga sekolah-sekolah di wilayah pedesaan.
“Fokus utama kami adalah memberikan akses internet gratis untuk mendukung layanan publik di daerah, terutama di kantor desa, puskesmas pembantu, atau sekolah,” tuturnya, usai Silaturahmi Media dan Sharing Session, di Gedung Olah Bebaya Lamin Etam Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Senin 7 April 2025.
Ia menjelaskan bahwa saat ini tim di lapangan tengah menggarap pemasangan internet di kantor-kantor desa.
Pemerintah akan menanggung penuh biaya langganan internet selama satu tahun untuk tiap titik layanan publik tersebut.
Lebih lanjut, Faisal mengungkapkan rencana pengembangan creative hub village atau ruang kreatif pedesaan ini menjadi sebuah pusat kreatif berbasis digital yang akan dibangun di desa-desa setelah jaringan internet terpasang di titik-titik layanan publik.
“Jika kantor desa sudah memiliki jaringan, kami akan siapkan satu ruangan yang bisa digunakan sebagai kreatif hub. Di sana akan tersedia internet gratis, fasilitas multimedia, bahkan dapat dikembangkan untuk promosi produk unggulan desa melalui konten digital,” paparnya.
Faisal berpandangan bahwa ruang kreatif ini dapat diintegrasikan dengan lembaga desa seperti BUMDes atau Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), dengan catatan pihak desa menyiapkan ruang khusus sebagai lokasi pengembangan.
Terkait pelaksanaan, Diskominfo Kaltim bertindak sebagai penyedia jaringan dan perangkat, sementara pemanfaatan dan pemberdayaan konten akan dikoordinasikan dengan dinas teknis lainnya seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD).
Namun Faisal juga menegaskan bahwa tahapan pengembangan dilakukan secara bertahap, dengan prioritas utama tetap pada layanan publik dasar. Setelah itu baru akan dikembangkan ke sektor lain seperti kreatif hub dan titik wifi publik.
Dari hasil identifikasi data lapangan, ditemukan bahwa tidak semua desa memiliki akses jaringan internet. Karena itu, pendekatan yang dilakukan pun bervariasi, tergantung kondisi geografis dan teknis desa.
“Ada desa yang sudah punya jaringan, jadi kami cukup bantu dari sisi bandwidth-nya. Tapi ada juga yang belum sama sekali, sehingga kami siapkan pengadaan jaringan dari awal,”jelasnya.
“Kalau memungkinkan kami tarik kabel FO, kalau tidak bisa, kita gunakan solusi seperti Starlink. Semua menyesuaikan kondisi lapangan,”sambungnya.
Ia katakan, kabel FO atau fiber optik ialah kabel berbahan kaca yang mengirim data lewat cahaya untuk internet cepat dan stabil. Sementara starlink ialah internet satelit dari SpaceX untuk berbagai lokasi, termasuk daerah terpencil tanpa jaringan kabel.