National Media Nusantara
Kalimantan Timur

Desa Wisata, Andalan Baru Pariwisata Kaltim

Teks: Desa Wisata Pela yang meraih penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi Kaltim

Samarinda, Natmed.id – Kalimantan Timur (Kaltim) menyiapkan sektor pariwisata sebagai penopang ekonomi pascamigas dan tambang. Dinas Pariwisata mencatat hampir 600 destinasi wisata yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

“Prioritas kami pengembangan desa wisata. Tahun 2025 ada 111 desa wisata yang sudah tersebar di seluruh kabupaten/kota, dengan status rintisan, berkembang, dan sedikit yang sudah maju. Semua butuh kolaborasi lintas pihak,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kaltim, Ririn Sari Dewi, saat bincang potensi wisata Kaltim melalui siaran YouTube pada Sabtu 20 September 2025.

Menurutnya, pemerintah provinsi tidak bisa bekerja sendiri. Peran kabupaten/kota, perangkat daerah lain, hingga swasta dan BUMN diperlukan untuk mendukung promosi, sarana pendukung, dan pembiayaan.

“Kami libatkan banyak pihak, termasuk media dan influencer, agar promosi lebih efisien,” ujarnya.

Selain desa wisata, destinasi unggulan di tiap daerah juga diperkuat. Promosi dilakukan melalui table top meeting, pameran pariwisata, dan kerja sama media.

“Strategi pemasaran harus inovatif agar wisata Kaltim tetap dilirik, baik di dalam maupun luar negeri,” tambah Ririn.

Kabupaten Berau, misalnya, tercatat memiliki 18 desa wisata dan 225 destinasi wisata yang meliputi 159 objek alam, 39 budaya, dan 27 wisata buatan.

Pengamat pariwisata Kaltim, Wayan Lanang Nala menilai keunikan budaya lokal juga bisa menjadi magnet wisata. Ia mencontohkan Gua Maria di salah satu desa yang dapat dikemas sebagai daya tarik turistik.

“Ritual keagamaan bisa dipadukan dengan kreativitas agar memberi nilai ekonomi bagi warga. Prinsipnya, wisata harus menguatkan budaya, bukan mengorbankannya,” ujarnya.

Wayan menambahkan, wisata alam tetap menjadi andalan Kaltim di mata mancanegara, khususnya hutan tropis dan orangutan. “Kita bersaing dengan Malaysia dan provinsi lain, tapi Kaltim tetap punya posisi penting sebagai tujuan ekowisata internasional,” jelasnya.

Meski potensinya besar, Wayan menyoroti kendala infrastruktur. Jarak antar destinasi jauh dan biaya transportasi tinggi membuat harga paket wisata kurang kompetitif.

“Perjalanan panjang harus dibuat menyenangkan. Rest area di tol Balikpapan–Samarinda sudah jadi daya tarik sendiri. Hal serupa bisa diterapkan di jalur ke Kutai Barat atau Berau,” katanya.

Ririn menegaskan, pariwisata harus berkolaborasi dengan ekonomi kreatif agar memberi manfaat langsung ke masyarakat. “Pemberdayaan warga adalah kunci. Kami ingin desa wisata tidak hanya ramai dikunjungi, tapi juga meningkatkan pendapatan lokal,” katanya.

Ia menyebut, dukungan perusahaan hingga pemerintah daerah akan terus dilibatkan dalam promosi maupun penyediaan fasilitas.

“Kolaborasi dan komitmen itu yang harus kita jaga. Supaya pariwisata Kaltim benar-benar mandiri dan berdaya saing,” tegas Ririn.

Related posts

35 WBP Ikuti Pelatihan Anti Rayap

Febiana

Sri Wahyuni Minta OPD Tidak Jadi “Superman”

Intan

Gratispol Diterapkan, Ribuan Mahasiswa Sudah Tak Bayar UKT

Nanda

You cannot copy content of this page