National Media Nusantara
Kalimantan Timur

Deputi Bappenas Soroti Kaltim, Energi Melimpah Belum Maksimal untuk Ekonomi Daerah

Teks: Deputi Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris.

Samarinda, Natmed.id – Deputi Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas Abdul Malik Sadat Idris menyoroti kondisi Kalimantan Timur (Kaltim) yang memiliki kekayaan energi melimpah, namun belum memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian daerah.

Ia mengatakan, potensi besar Kaltim di sektor energi primer seperti batu bara dan migas seharusnya menjadi pendorong utama hilirisasi dan pembangunan industri lokal, bukan hanya menjadi bahan ekspor mentah.

“Kaltim ini kaya energi, luar biasa potensinya. Tapi selama ini pemanfaatannya belum seimbang, lebih banyak dikirim keluar daerah dibanding digunakan untuk industri dalam negeri sendiri,” ujarnya usai menghadiri Indonesia Sustainability Energy Week (ISEW) di Samarinda, Senin 13 Oktober 2025.

Menurut Abdul Malik, kondisi ini menciptakan paradoks di mana daerah penghasil energi justru belum merasakan manfaat ekonomi yang sepadan dari sumber daya alam yang dimiliki.

“Setiap hari ada ratusan tongkang keluar membawa batu bara. Padahal energi sebesar itu bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan industri di Kaltim sendiri,” jelasnya.

Ia menilai, pengembangan industri di Kaltim masih terhambat oleh kurangnya dukungan infrastruktur dasar, kepastian hukum, serta kesiapan lahan yang memadai. Faktor-faktor tersebut membuat investor lebih memilih kawasan lain di luar Kalimantan.

“Kalau infrastruktur dan regulasi diperkuat, industri pasti datang. Energi itu bisa menjadi penggerak utama ekonomi lokal, bukan sekadar komoditas ekspor,” tegasnya.

Abdul Malik menambahkan, pemerintah pusat melalui Bappenas tengah mendorong hilirisasi energi di luar Pulau Jawa sebagai bagian dari strategi pemerataan ekonomi nasional. Dengan modal energi yang besar dan kawasan industri yang terus berkembang, Kaltim disebutnya berpeluang menjadi episentrum industri energi nasional.

“Hilirisasi butuh energi, dan Kaltim punya semua modal dasarnya. Dengan kawasan industri yang efisien dan ketersediaan energi, banyak pabrik bisa tumbuh di sini,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara provinsi-provinsi di Kalimantan, terutama antara Kaltim dan Kalimantan Utara, yang tengah mengembangkan proyek PLTA skala besar untuk mendukung pasokan energi hijau bagi kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Kalimantan Timur punya batubara dan migas, Kalimantan Utara punya PLTA. Kalau disinergikan, seluruh kawasan industri di Samarinda, Balikpapan, hingga IKN bisa jadi pusat hilirisasi energi nasional,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa percepatan pembangunan infrastruktur dasar, kepastian investasi, dan penguatan kebijakan energi terintegrasi menjadi kunci untuk mewujudkan visi besar tersebut.

“Kalau infrastrukturnya siap dan energi tersedia, industri pasti datang. Itu kuncinya,” ujar Abdul Malik.

Ia optimistis, dengan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta, visi Presiden RI Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada energi dan hilirisasi industri nasional dapat dimulai dari Kalimantan Timur.

“Kaltim punya semua modal untuk jadi pusat energi Indonesia. Sekarang tinggal bagaimana fondasi infrastrukturnya diperkuat agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” pungkasnya.

Related posts

Banyak Media Penyiaran Ilegal Beroperasi, KPID Kaltim Ingatkan Jangan Asal Kerja Sama

Nanda

Komitmen Pemprov Kaltim Menurunkan Angka Stunting Hingga 2026

Intan

Gubernur Kaltim Terpilih Jadi Ketua MODN

Febiana