National Media Nusantara
Kesehatan

DBD Masih Mengancam Kaltim, Anak-Anak Jadi Korban Terbanyak

Teks: Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin

Samarinda, Natmed.id – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius di Kalimantan Timur (Kaltim). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim mencatat, sepanjang Januari hingga Agustus 2025 sudah ada 11 korban jiwa akibat DBD, mayoritas adalah anak-anak.

Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengatakan jumlah kematian tersebut memang menurun dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 24 kasus. Namun, fakta bahwa sebagian besar korban meninggal masih didominasi anak-anak menunjukkan bahwa risiko penyakit ini tetap tinggi.

“Dari 11 korban meninggal, sebanyak 9 di antaranya anak-anak. Tahun lalu seluruh korban juga didominasi anak-anak. Tahun ini ada kasus pada orang dewasa, tapi itu disebabkan komplikasi penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes, bukan murni DBD,” jelas Jaya baru-baru ini.

Sebaran kasus kematian akibat DBD di Kaltim tahun ini meliputi delapan daerah. Rinciannya, Samarinda 1 kasus, Bontang 2 kasus, Balikpapan 1 kasus, Penajam Paser Utara 1 kasus, Paser 2 kasus, Kutai Kartanegara 1 kasus, Kutai Barat 2 kasus, dan Berau 1 kasus.

Meski demikian, Jaya menilai kondisi tahun ini relatif lebih terkendali. Jumlah kasus DBD hingga Agustus 2025 tercatat sekitar 3.000 kasus, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 4.000 kasus.

“Artinya masih dalam batas wajar. Tahun lalu ada dua daerah yang masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu Kutai Barat dan Kutai Kartanegara. Tahun ini tidak ada daerah dengan status KLB,” ujarnya.

Jaya menjelaskan, status KLB biasanya ditetapkan jika terjadi lonjakan kasus lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya pada bulan yang sama, atau terjadi peningkatan signifikan angka kematian.

“Kalau dibandingkan tahun lalu, angka kematian turun dari 24 menjadi 11. Mudah-mudahan tren ini terus menurun, karena kita ingin mencapai target zero death dengue, atau nol kematian akibat DBD,” tegasnya.

Untuk menekan angka kasus, Dinkes Kaltim terus mengintensifkan berbagai langkah pencegahan. Di antaranya, memperkuat surveilans kasus, meningkatkan edukasi masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk, hingga memperkuat koordinasi lintas sektor.

“Upaya pengendalian ini tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah genangan air sangat penting untuk memutus siklus nyamuk Aedes aegypti,” kata Jaya.

Dengan tren penurunan kasus, Dinkes optimistis cita-cita besar untuk menghapus angka kematian akibat DBD di Kaltim dapat diwujudkan.

“Kita ingin cita-cita besar ini terwujud tidak ada lagi kematian akibat DBD di Kaltim,” tandasnya.

Related posts

Manajemen RSHD Akui Utang Menumpuk, Aset Pribadi Siap Dijual untuk Bayar Gaji

Aminah

MBG Basi di SMAN 13 Samarinda, Pemprov Siapkan Evaluasi Semua Dapur Penyedia

Aminah

RSUD Bontang Segera Kaji Ulang Biaya Swab Bagi Pedamping Pasien

natmed