Samarinda, Natmed.id – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik menyoroti sejumlah aset milik pemerintah provinsi tersebut yang mangkrak alias terbengkalai. Aset berupa lahan maupun bangunan yang tertidur atau tidak produktif itu seperti Pusat Kegiatan Islamiyah Balikpapan (Puskib) dan Hotel Atlet Samarinda.
Menurut Akmal Malik, aset tersebut sebenarnya tidaklah tertidur. Namun, pemangku kepentingan yang membidanginya tidak memanfaatkannya dengan baik. Padahal, jika digunakan dapat menghasilkan yang berkontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD).
“Saya selalu katakan, tidak ada lahan tidur. Tidak ada aset tidur tapi orangnya yang tidur, manusianya yang tidur,” tegasnya dalam Silaturahmi Coffee Morning Bersama Pj Gubernur di Pendopo Odah Etam, Jum’at (17/11/2023).
Ia menambahkan, apabila pemangku kepentingan yang bertanggung jawab adalah sosok yang amanah maka aset-aset tersebut tidak mangkrak. Output yang dihasilkan juga akan baik. Namun, kondisi yang terjadi saat ini justru sebaliknya sehingga hasilnya nampak tertidur.
Oleh karena itu, Pj Gubernur Kaltim meminta kepada para awak media ikut mendorong pemanfaatan sejumlah aset milik pemprov yang mangrak. Peran awak media tentunya dalam pemberitaan sehingga pemangku kepentingan terkait segera bertindak dan memfungsikan aset-aset tersebut.
“Ini menjadi tugas pemerintah dan media untuk membangunkan orangnya. Kuncinya, ada di main power (kekuatan utama) yaitu, di aktor alias orangnya. Kalau sistem yang baik itu akan jadi baik jika dipimpin oleh orang baik. Bila buruk, ya buruk juga hasil apalagi sistemnya,” bebernya.
Di sisi lain, Akmal Malik berpesan agar pemerintah tidak terlalu terburu-buru dalam merealisasikan pembangunan. Terutama pembangunan fisik yang mengabaikan kondisi lingkungan dan keasrian alam.
Sebab, ia menyatakan bahwa bahwa manusia tidak dapat lepas untuk hidup berdampingan bersama alam dan satwa yang hidup di dalamnya.
Untuk itu, Akmal Malik mengingatkan agar mempertimbangkan alam beserta isinya sebelum menggebu-gebu melakukan pembangunan.
“Boleh membangun, tapi jaga keseimbangan alamnya. Banyak kita bangun tapi abai kearifan lokal dan lingkungan. Aset itu akan tidur, tunggu waktu saja,” tandasnya.