National Media Nusantara
Ekonomi

Harga Bawang Merah di Pasar Segiri Naik Jelang Nataru, Pedagang Keluhkan Sepinya Pembeli

Teks: Bawang merah dijual hingga Rp65 ribu per kilogram di Pasar Segiri, naik hampir dua kali lipat akibat terbatasnya pasokan dari daerah penghasil.

Samarinda, Natmed.id – Harga bawang merah di Pasar Segiri Samarinda, mengalami kenaikan signifikan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kenaikan harga ini mulai dirasakan pedagang sejak hampir satu bulan terakhir dan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

Salah seorang pedagang bawang di Pasar Segiri, Riani (52), mengatakan harga bawang merah mulai merangkak naik sekitar 20 hari hingga hampir satu bulan terakhir.

“Kurang lebih sudah hampir sebulan ini naik. Awalnya itu masih Rp35 ribu per kilogram, sekarang sudah Rp65 ribu per kilo,” ujar Riani saat ditemui di lapaknya, Rabu 17 Desember 2025.

Riani yang berjualan bersama suaminya Muhammad (53), menyebut kenaikan harga tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari daerah penghasil, khususnya dari Sulawesi yang selama ini menjadi sumber utama bawang merah di Samarinda.

“Kalau bawang merah ini semua dari Sulawesi. Produksinya lagi kurang, itu yang bikin harga naik,” katanya.

Sementara itu, harga bawang putih dinilai masih relatif stabil diharga Rp 35 ribu per kilogram. Meski ada sedikit kenaikan di tingkat pasokan, harga eceran ke konsumen tidak mengalami perubahan signifikan.

“Kalau bawang putih masih normal. Naiknya sedikit saja, tapi ecerannya ke pembeli masih sama,” jelas Riani.

Menurutnya, kenaikan harga bawang merah menjelang Natal dan Tahun Baru sebenarnya tidak terlalu besar dibandingkan momen bulan puasa dan Idulfitri. Ia menilai lonjakan harga saat Nataru biasanya hanya berlangsung singkat.

“Kalau Natal itu enggak terlalu pengaruh. Paling seminggu saja naiknya. Yang paling tinggi itu biasanya pas bulan puasa,” ungkapnya.

Ia bahkan menyebut, pada momen tertentu saat pasokan sangat terbatas di bulan puasa, harga bawang merah bisa melonjak drastis. “Pernah sampai tembus Rp120 ribu per kilo kalau memang barangnya benar-benar kurang,” tambahnya.

Kenaikan harga bawang merah ini turut memengaruhi perilaku pembeli. Riani mengaku jumlah pembeli cenderung berkurang dan banyak yang memilih membeli dalam jumlah lebih sedikit.

“Pembeli jadi mikir-mikir. Biasanya beli satu kilo, sekarang paling seperempat kilo saja,” ujarnya.

Tak jarang pula pembeli hanya bertanya harga tanpa jadi membeli, atau beralih ke bawang putih yang harganya lebih terjangkau.

“Banyak yang cuma tanya-tanya. Ada juga yang akhirnya enggak jadi beli bawang merah, pilih bawang putih saja,” kata Muhammad menambahkan.

Meski demikian, para pedagang menilai faktor utama yang memengaruhi harga tetap pada ketersediaan barang di tingkat produksi.

“Kalau produksinya banyak, harga pasti turun. Kalau kurang, pasti naik. Itu saja sebenarnya,” ujar Muhammad.

Riani berharap ke depan pasokan bahan pangan bisa lebih terjaga, terutama menjelang hari besar keagamaan, agar masyarakat tidak terlalu terbebani.

“Kalau pedagang itu mau mahal atau murah, sebenarnya enggak terlalu pengaruh. Kita beli mahal, jual mahal. Beli murah, jual murah. Yang paling kena dampaknya ya masyarakat,” tuturnya.

Riani telah berjualan di Pasar Segiri sejak 1994, sementara suaminya, Muhammad, lebih dulu menggeluti usaha yang sama sejak 1986.

Selama puluhan tahun berdagang, keduanya menilai fluktuasi harga bahan pokok selalu berulang, terutama saat pasokan dari daerah penghasil terganggu.

Related posts

Pemkot Samarinda Pastikan Stok Bapokting Aman Jelang Nataru Hingga Lebaran

Sukri

Tri Hadirkan HappyFlex Penuhi Kebutuhan Digital Generasi Z dengan Fleksibilitas yang Unik

Intan

Raperda Ekonomi Kreatif Masuk Tahap Akhir, DPRD Samarinda Pastikan Regulasi Siap Ketuk Palu

Rhido