National Media Nusantara
Kalimantan Timur

Kaltim Masuki Musim Hujan Panjang, BMKG Minta Masyarakat Tetap Siaga

Teks: Hujan lebat (.Ist)

Samarinda, Natmed.id – BMKG memprediksi Kalimantan Timur (Kaltim) akan menghadapi musim hujan yang lebih panjang hingga pertengahan Juni 2026. Kondisi ini dipicu pengaruh La Nina lemah serta karakteristik geografis Kaltim yang membuat durasi musim hujannya secara alami lebih panjang daripada musim kemarau.

Teks: Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda, Riza Arian Noor.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda Riza Arian Noor mengatakan pola iklim Kaltim berbeda dengan sebagian besar wilayah Indonesia, terutama Jawa, yang memiliki perbandingan musim hujan dan kemarau lebih seimbang.

“Di Kaltim musim kemarau paling panjang hanya tiga bulan, Itu pun bisa berubah jika ada pengendali iklim seperti El Nino atau La Nina,” jelasnya saat menghadiri FGD potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi di Samarinda, Selasa 2 Desember 2025.

Untuk memetakan pola tersebut, BMKG membagi Kaltim ke dalam 22 zona musim (ZOM). Masing-masing zona memiliki puncak hujan berbeda tergantung karakteristik wilayahnya. Samarinda diperkirakan mengalami puncak hujan pada Januari, sementara daerah lain seperti Berau atau Mahakam Ulu dapat mengalaminya pada bulan berbeda.

“Tidak bisa diseragamkan. Setiap ZOM punya perilaku hujan sendiri,” kata Riza.

Ia juga menekankan bahwa memasuki pergantian tahun, frekuensi hujan dipastikan meningkat dibanding hari tanpa hujan. Namun, kondisi jangka pendek tetap dipengaruhi dinamika atmosfer seperti siklon tropis, Madden-Julian Oscillation (MJO), hingga gelombang equatorial.

“Atmosfer berubah cepat, prediksi harian tidak dapat dijadikan acuan untuk beberapa minggu ke depan, karena itu masyarakat perlu terus memperbarui informasi,” katanya.

Selain curah hujan tinggi, BMKG juga memantau risiko banjir rob yang berpotensi mengancam wilayah pesisir. Risiko meningkat jika fase bulan purnama bertepatan dengan hujan lebat.

Kombinasi pasang air laut tinggi dan luapan air dari hulu dapat memicu banjir lebih besar, terutama di kawasan pesisir yang berada di dataran rendah. Riza meminta pemerintah daerah memperhatikan siklus tersebut agar langkah mitigasi lebih terarah.

Untuk sektor transportasi, ia mengingatkan adanya gangguan cuaca pada Desember–Januari yang bertepatan dengan masa libur Natal dan tahun baru. Tingginya mobilitas masyarakat biasanya tak dibarengi kesiapsiagaan terhadap kondisi cuaca.

“Saat liburan, orang cenderung fokus perjalanan, lupa memeriksa informasi cuaca. Padahal risikonya tinggi, terutama untuk penerbangan dan pelayaran,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa kewaspadaan menjadi kunci sepanjang musim hujan panjang 2025–2026. “Kalau masyarakat terus mengikuti pembaruan informasi, dampak cuaca ekstrem bisa diminimalkan,” tambahnya.

Related posts

Kapal Karya Anak Kaltim Dilirik Maladewa

Aditya Lesmana

Distribusi Logistik Pilkada di Bontang Rampung, Termasuk Empat TPS Wilayah Pesisir

Alfi

DLH Kaltim Fokus Tangani Sampah Demi Keberlanjutan Ekosistem

Ellysa Fitri