Tokoh

Hijrah ke Bali Bermodal Rp50 Ribu, Kris Sukses jadi Juragan di Pantai Kuta

Bali, Natmed.id – Tekad dan keberanian Kris dalam menapaki kehidupan yang penuh liku layak menjadi inspirasi. Pria yang sejak kecil menjadi pemulung, berhasil menjadi pemilik bar sekaligus penyedia jasa persewaan papan selancar dan pelatihan selancar di tepi Pantai Kuta, Provinsi Bali.

Tentunya, pencapaian ini tidak datang dengan tiba-tiba. Perjalanan panjang yang penuh tantangan dan perjuangan keras telah dilaluinya hingga titik ini.

Sedari anak-anak, ia telah menempa diri hingga menjadi pribadi yang tangguh. Tak kenal putus asa mewujudkan impiannya menjadi seseorang yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. Langkah kakinya terus bergerak ke depan tanpa harus melihat ke belakang.

Perjalanan Panjang Menuju Bali

Kisah kesuksesan Kris dimulai sejak hijrah dari Jakarta ke Bali pada tahun 1999. Meski hanya berbekal Rp50 ribu, ia nekat menjalani perjalanan panjang.

Minimnya uang saku, memaksa Kris harus memutar otak untuk bisa sampai ke Pulau Dewata. Kerasnya kehidupan yang dilakoni sedari anak-anak, membuat Kris seolah tak kenal mati gaya.

Ia menjalani perjalanan darat secara gratis dengan nebeng dari satu truk ke truk yang lain. Meski “loncat-loncat“, ia berhasil tiba di Surabaya, Jawa Timur setelah melakukan perjalanan selama beberapa waktu. Kemudian, menyeberang ke Bali.

Kenekatan Kris itu karena sedari kecil tanpa dibimbing orang tua. Kehidupan yang keras sejak dini mengajarinya bahwa bergantung pada orang lain bukanlah pilihan.

“Orang itu hanya pendamping, bukan penopang. Kita harus bisa berdiri di atas kaki sendiri,” ujarnya dengan tegas, Jumat, 10 Januari 2025.

“Kalau sudah keluar rumah, jangan pernah lihat pintu belakang,” lanjutnya. Filosofi ini menjadi prinsip hidup yang menuntun Kris untuk terus melangkah meski jalan di depan penuh ketidakpastian.

Dari Pemulung ke Pengelola Bar

Sesampainya di Bali, Kris memulai hidup baru dengan bekerja serabutan. Awalnya, ia hanya membantu membuka dan menutup bar di pinggir pantai. “Dulu hanya ada spot kecil untuk minuman dan makanan. Sekarang, semua harus lebih terorganisir,” jelasnya.

Berkat ketekunan dan relasi yang baik dengan rekan-rekannya, Kris akhirnya dipercaya untuk mengelola sebuah bar bersama mitranya. Lokasi di tepi Pantai Kuta menjadi daya tarik utama, terutama bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana santai Bali.

Namun, perjalanan ini tidak tanpa hambatan. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan terberat dalam hidupnya.

“Covid-19, dua tahun itu seperti badai besar. Banyak toko dan tempat usaha lokal maupun pendatang, yang gulung tikar,” ungkapnya. Meski demikian, Kris tetap bertahan.

Pelajaran Hidup untuk Generasi Muda

Bagi Kris, kesuksesan bukanlah tentang keberuntungan, melainkan kerja keras tanpa henti. “Jangan terlalu bermanja-manja dengan hidup. Cari uang, kumpulkan uang. Ingat, kamu bukan hidup untuk hari ini saja,” pesannya.

Kris juga mengingatkan bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. “Kita harus mempersiapkan masa depan. Jangan hanya berpikir tentang kesenangan sesaat. Hidup ini panjang, dan tanggung jawab kita lebih besar dari yang kita bayangkan,” tambahnya.

Bali, dengan keindahan pantainya, telah menjadi rumah kedua bagi Kris. Ia melihat pulau ini sebagai tempat penuh peluang, meskipun tantangannya tak pernah surut.

Kris berharap generasi muda Bali, maupun para pendatang, dapat terus menjaga semangat dan kreativitas agar wisata pulau ini tetap hidup.

“Bali itu luar biasa. Tapi, tanpa semangat dan kerja keras, kita tidak akan bertahan di sini,” ujarnya.

Related posts

Kilas Balik 2022, Menuju Tahun Kelinci Air

natmed

CEO MSI Group Ungkap Peran Penting Administrasi dan SDM di Perusahaan Pers

Irawati

Sijaka Peduli Bagikan Seribu Takjil

Phandu

Leave a Comment