Samarinda, Natmed.id – Menjelang tahun baru 2022, Kepala SMA Negeri 17 Samarinda, Abdul Rozak Fahrudin meminta agar masa lalu yang terjadi di tahun 2021 dijadikan motivasi dan introspeksi diri.
“Peran kita adalah mengingat apa yang sudah dikerjakan untuk kebaikan umat, dan mengintrospeksi demi kebaikan dimasa mendatang. Karena masa lalu merupakan bagian dari diri yang menjadi pondasi penyusunan bangunan kepribadian kita saat ini menuju yang lebih baik,” ungkapnya, Minggu (26/12/2021).
Akan tetapi, masa lalu tidak dapat menentukan masa depan yang terpenting adalah upaya dan ikhtiar yang sungguh-sungguh menuju kebaikan.
“Covid 19 merupakan bagian dari masa lalu yang belum tahu kapan akan berakhir. Covid 19 menguncang dunia pendidikan, yang dulunya belajar tatap muka menjadi pembelajaran jarah jauh, yang kala itu semua tidak ada persiapan dan tidak dipersiapkan, ini karena musibah,” urainya.
Kata dia, dibalik dengan adanya musibah, maka perlu introspeksi mengevaluasi untuk perbaikan terkhususnya dunia pendidikan agar peserta didik bisa tersenyum seperti sedia kala sebelum adanya Covid- 19.
“Karena memang saat ini betul-betul terasa dampaknya dengan peristiwa Covid-19, namun dibalik musibah ini perlu ikhtiar dan upaya perbaikan ke depannya,” jelasnya.
Menurutnya, masa lalu yang buruk bukan reruntuhan bangunan yang perlu disesali, melainkan batu-bata yang dapat disusun sebagai bahan untuk dipelajari. Bahkan dari masa lalu kita bisa mendapatkan berbagai pilihan dan banyak pelajaran melalui refleksi diri.
“Jangan pernah melihat masa lalu jika engkau tidak bisa belajar darinya, dan jangan mengkhawatirkan masa depanmu, jika itu hanya akan menghambatmu untuk maju ke masa depan yang lebih baik,” tuturnya.
Lebih jauh, sebuah peristiwa memang terkadang membuat nyala semangat yang berkobar, kerap kali juga memudar. Sehingga kita tidak boleh terlalu lama menengok ke belakang, tetapi tetaplah menatap ke masa depan dengan penuh optimisme.
“Masa lalu cukup sebagai pelajaran yang berharga, ditengok sebentar dan dilupakan. Jadikanlah sebagai momentum untuk senantiasa ikhlas dan bersabar dalam menghadapi kehidupan ini,” terangnya.
Sebab dalam perjalanan hidup, kita pasti mengalami sedih, senang pahit dan manisnya kehidupan. Hal seperti itu anggap saja masa lalu sebuah pengalaman. Semua hal tersebut dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua.
“Melalui masa lalu harus dikonversikan sebagai pelajaran, dan akan menjadikan kita semua lebih arif dan bijaksana dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan yang akan datang,” pungkasnya.