Samarinda, Natmed.id – Kalimantan Timur (Kaltim) mengawali Peringatan Hari Ibu ke-97 dengan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kesuma Bangsa Samarinda, Kamis 11 Desember 2025. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari rangkaian nasional yang diatur Kementerian PPPA.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kaltim Noryani Sorayalita menyebut kegiatan ini sebagai momen untuk kembali menautkan ingatan publik pada perjuangan perempuan dan arti pengorbanan yang kerap dilupakan.
Ziarah memang selalu masuk dalam agenda resmi Peringatan Hari Ibu, karena maknanya jauh lebih luas dari sekadar menabur bunga. “Ini rangkaian rutin, tapi bukan formalitas. Ziarah mengajak kita mengingat jasa pahlawan yang sudah gugur karena perjuangannya,” ujarnya.
Setelah ziarah, rangkaian peringatan berlanjut dengan kunjungan ke Lapas Perempuan Tenggarong. DPPPA Kaltim membawa misi yang lebih sosial, yaitu hadir, mendengar, dan memberi ruang perhatian bagi perempuan yang sedang menjalani masa hukuman.
Noryani menilai langkah ini penting untuk menjaga perspektif bahwa pemberdayaan perempuan tak hanya menyasar mereka yang berada di ruang publik, tetapi juga mereka yang terpinggirkan.
“Kita ingin berbagi dan memberi perhatian kepada perempuan yang berada di Lapas Perempuan,” katanya.
Puncak peringatan direncanakan berlangsung pada 16 Desember 2025. Dengan tema nasional “Perempuan Berdaya dan Berkarya Menuju Indonesia Emas 2045”, Noryani mengajak perempuan Kaltim untuk menempatkan diri sebagai aktor penting dalam pembangunan daerah.
Ia menekankan bahwa pemberdayaan bukan sekadar slogan, melainkan fondasi untuk masa depan yang lebih adil bagi perempuan dan anak. Ia juga menitipkan pesan kepada masyarakat agar momentum Hari Ibu tidak berhenti pada upacara, foto bersama, atau ucapan seremonial.
Noryani mengingatkan bahwa perempuan membutuhkan ruang aman untuk berkarya tanpa batasan-batasan sosial yang kerap menghalangi. “Kami mengajak perempuan di Kaltim berusaha terus agar bisa berdaya dan berkarya seluas mungkin,” ucapnya.
Menurutnya, apa pun bentuk karya yang lahir dari perempuan akan berdampak, bahkan jika dimulai dari hal kecil dalam lingkup keluarga. Di titik ini, ia menautkan pemberdayaan perempuan dengan perlindungan anak.
“Perempuan yang berdaya melalui karyanya, insyaallah anak terlindungi dan Indonesia Emas 2045 bisa terwujud,” tuturnya.
Peringatan Hari Ibu, kata Noryani, seharusnya menjadi pengingat bahwa perjuangan perempuan bukan hanya sejarah, melainkan realitas sehari-hari yang terus berlangsung.
Ia berharap langkah-langkah sederhana seperti ziarah dan kunjungan sosial tidak berhenti menjadi tradisi, tetapi menjadi penanda bahwa kerja besar untuk kesetaraan gender masih harus terus dikerjakan.
