Bontang, Natmed.id – Kurangnya fasilitas pendidikan di wilayah pesisir Bontang mengakibatkan banyak anak-anak yang hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD).
Anak-anak di kawasan Selangan, Tihi-Tihi, dan Gusung menjadi kelompok yang paling terdampak, karena kurangnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) di lingkungan tempat tinggal mereka.
Kondisi ini membuat anak-anak pesisir terancam putus sekolah setelah lulus SD. Dengan demikian, program wajib belajar 12 tahun yang digaungkan pemerintah terancam tidak tercapai di daerah tersebut.
Anggota DPRD Kota Bontang, Muhammad Yusuf mengungkapkan bahwa pembangunan SMP di wilayah pesisir itu membutuhkan kajian dan pertimbangan lebih lanjut. Sebab, terbatasnya jumlah siswa untuk mengisi sekolah baru.
“Kita harus lihat peruntukan kita. Misalnya ada SMP, kita lihat juga siapa yang akan mengisinya. Membangun sekolah, tapi tidak ada muridnya kan percuma,” kata Yusuf baru-baru ini.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bontang kini mempertimbangkan Program Community Boarding sebagai alternatif menghadapi permasalahan tersebut.
Program ini diharapkan mampu mengatasi masalah putus sekolah dengan menyediakan rumah singgah bagi anak-anak dan guru dari wilayah pesisir. Dengan demikian, mereka dapat melanjutkan pendidikan di pusat kota.
Yusuf menyatakan dukungannya terhadap program ini. Namun, ia juga mengingatkan bahwa rencana rumah singgah sudah dibahas sejak lama. “Mau dibuatkan rumah singgah termasuk untuk guru-gurunya, kemungkinan itu,” tandasnya.