National Media Nusantara
Nasional

Ungkap Tiga Dosa Besar Pendidikan, Hetifah Ingatkan Peran Guru BK dan Orang Tua

Hetifah

Samarinda, Natmed.id – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengungkap tiga dosa besar dunia pendidikan. Menurutnya, hal yang menjadi momok dan telah menjadi isu global itu adalah perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi di lingkungan dunia pendidikan

Hetifah menyampaikannya saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional bertajuk “Peran Pendidik dalam Menghadapi Isu Tiga Dosa Besar Pendidikan”.

Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya peran guru bimbingan dan konseling (BK) serta orang tua dalam mencegah momok tersebut.

“Di sini, peran pentingnya guru BK. Kita saat ini kekurangan guru BK, bagaimana bisa menyelesaikan ini jika ada peran yang kosong di dalamnya?,” ungkap Hetifah di Ballroom Hotel Horison Samarinda, Selasa (16/1/2024).

“Kembali lagi, di mana peran orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak-anak. Saya tahu betapa sulitnya menjadi orang tua. Tapi, di situlah letak tanggung jawabnya untuk terus belajar,” lanjutnya.

Ia lantas menjelaskan satu persatu tentang tiga hal yang disebut menjadi dosa besar di dunia pendidikan. Pertama, tentang perundungan yang disebut akibat bebasnya anak-anak mengakses platform dengan konten tontonan kekerasan.

Ada juga lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang yang senantiasa menunjukan gerak-gerik mengarah pada tindak perundungan.

Tidak jarang, anak-anak yang melihat meniru perilaku perundungan hanya untuk bersenang-senang dan mengartikan hal itu sebagai kegiatan bercanda.

“Marak kejadian perundungan akan berdampak sangat besar pada psikis anak. Kalau tidak diatasi dengan benar bisa menetap dan menjadi kebiasaan oleh anak,” ungkap Hetifah, di Ballroom Hotel Horison Samarinda, Selasa (16/1/2024).

Kemudian, terkait kekerasan seksual, Hetifah membeberkan data Asesmen Nasional oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI tahun 2023. Data tersebut menyebut setiap satu dari tiga anak mengalami kekerasan seksual.

Dari 31,8 persen angka kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak disebabkan oleh orang-orang terpercaya di lingkup pendidikan dan tempat tinggal anak. Terutama oleh guru, dan pemilik pondok pesantren.

“Yang menyedihkan terduga pelaku 31,8 persen adalah guru atau pemilik, pemimpin ponpes. Dan Kepsek juga termasuk, sebanyak 13 persen. Kekerasan ini dengan dalih bermacam-macam,” terangnya.

Selain itu, dosa besar yang kerap kali dianggap remeh, yakni intoleransi. Anak-anak di usia sekolah memang belum mengenal kata “perbedaan” yang sesungguhnya.

Menganggap ada perbedaan pada dirinya ataupun teman sebayanya menimbulkan cemoohan sehingga mengurangi rasa percaya diri dan sulit beradaptasi di sekolah.

Menurut Hetifah, di situ peran penting seorang guru BK yang juga bagian dari tenaga pendidik. Besar tanggung jawab yang harus diemban para guru BK untuk memberikan pemahaman terhadap ketiga dosa besar tersebut.

Tentu yang paling utama dan paling berperan sangat penting adalah orang tua. Orang tua menjadi guru dn madrasah pertama bagi anak-anak.

Untuk itu, Hetifah mengingatkan kepada orang tua untuk terus belajar agar dapat memahami bagaimana perkembangan anak mereka baik di dalam rumah maupun di sekolah.

Menanamkan akhlak dan adab yang baik, mengajarkan terkait edukasi seksual, menyampaikan bahwa terdapat segudang perbedaan yang membuat kehidupan menjadi unik dan menyenangkan. Dan bukannya sebuah hal buruk yang harus disingkirkan.

Related posts

245 Orang di Wuhan,Tim Penjemputan WNI Diberangkatkan

natmed

Komitmen SKK Migas Jaga Lingkungan

Muhammad

Sejarah dan Perkembangan PMI di Indonesia

Gilang Haryadi