Samarinda,Natmed.id – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kalimantan Timur (Kesbangpol Kaltim) Sufian Agus menyatakan bahwa tingkat partisipasi warga dalam kontestasi politik di Benua Etam masih rendah.
Pada beberapa gelaran pemilihan umum (Pemilu) yang telah berlalu, tingkat partisipasinya masih di bawah rata-rata nasional, yakni 77,5 persen. Angka itu untuk pemilihan kepala Daerah (Pilkada), pemilihan presiden (Pilpres) maupun pemilihan anggota legislatif (Pileg).
Sufian menyatakan bahwa tingkat partisipasi warga terhadap Pilkada lebih rendah dibandingkan Pilpres dan Pileg. Pada Pilkada tahun 2020, tingkat partisipasinya tercatat hanya 61 persen. Kemudian, Pileg/Pilpres tahun 2019 tercatat 75 persen.
Sedangkan, Pilgub Kaltim tahun 2018 hanya 58 persen,
Kemudian, tingkat partisipasi pada Pilkada tahun 2015 sebanyak 57 persen. Untuk Pilpres 2014 hanya 63 persen, Pileg 2014 sebesar 69 persen. Sedangkan Pilgub Kaltim tahun 2013 hanya 56 persen.
Berdasarkan persentase tersebut, partisipasi masyarakat Kaltim terhadap pemilihan pemimpinnya rata-rata sebesar 60,6 persen. Hal ini masih jauh dari target Kemendagri.
“Kita masih kurang dari Kemendagri. Partisipasi kita cukup rendah untuk pemilu. Untuk Pilkada kita rendah. Tapi untuk Pilpres, Pileg masih tinggi,” kata Sufian saat menjadi narasumber dalam jumpa pers yang digelar oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim di Ruang WIEK Media Center Diskominfo Kaltim, Selasa (19/12/2023).
Adapun masih rendahnya tingkat partisipasi warga terhadap Pemilu yang masih rendah karena beberapa faktor. Pada tahun 2019, warga kesulitan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena terkendala Covid-19.
Selain itu, para pemilih yang berada di luar daerah banyak yang tidak memilih karena harus dinyatakan negatif Covid-19 dengan disertai bukti hasil swab untuk bepergian. Mereka juga enggan mengeluarkan biaya lebih hanya untuk ke TPS di kampung halaman.
Sedangkan pada Pilkada tahun 2020, adanya suatu daerah yang hanya memiliki calon tunggal. Sufian menilai para pemilih kurang bergairah untuk memilih karena tidak ada pilihan calon lain.
Ia juga menjelaskan bahwa keberadaan TPS yang jauh juga menyulitkan pemilih untuk berpartisipasi. Oleh karena itu, pihaknya telah meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menambah jumlah TPS di beberapa daerah. Terutama daerah pedalaman dan pelosok daerah Benua Etam.
“Saya sampaikan ke KPU untuk tambah TPS, jadi masyarakat tidak berat lagi ke TPS di Pemilu 2024 mendatang. Semoga meningkat partisipasi kita,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Sufian juga menjabarkan beberapa persiapan yang telah dilakukan oleh pemerintah bersama penyelenggara Pemilu untuk menyukseskan pesta demokrasi tahun 2024.