Samarinda, Natmed.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda menyiagakan seluruh personel dan armada tanggap darurat guna menangani banjir dan tanah longsor yang melanda daerah tersebut, Selasa, 27 Mei 2025.

Bencana tersebut terjadi setelah hujan dengan curah yang mencapai 83 mm per detik mengguyur di sejumlah wilayah sejak dini hari tadi. Dampaknya, banjir menggenang di 24 titik, di antaranya Jalan DI Panjaitan, Jalan Gajah Mada, hingga Jalan Suryanata.
Fasilitas pendidikan seperti SMPN 13 dan beberapa SD di Kecamatan Palaran turut terendam. Tidak hanya itu, sejumlah wilayah juga dilanda tanah longsor.
Kepala BPBD Samarinda Suwarso menjelaskan bahwa personel dan armada tanggap darurat diterjunkan untuk mengevakuasi warga terdampak.
“BPBD Kota Samarinda sudah menyiagakan seluruh kendaraan, baik Dalmas, roda empat, mobil rescue, dan beberapa perahu untuk disiagakan di titik-titik yang perlu evakuasi warga,” ujar Suwarso dalam siaran pers online, Selasa pagi.
Salah satu titik krusial yang dipantau ketat adalah kawasan Alaya, DI Panjaitan. Menurut Suwarso, mobil Dalmas standby di lokasi tersebut untuk membantu mobilitas warga menuju Bandara APT Pranoto maupun sebaliknya.
Selain banjir, sejumlah titik juga mengalami tanah longsor. Laporan resmi BPBD menyebutkan bahwa longsor terjadi di lima lokasi. Rinciannya, di Jalan Gerilya Solong, Giri Makmur RT 22, Lily 2 Perum Talangsari, Batu Cermin RT 05 Kelurahan Sempaja Utara, dan Proklamasi Blok O. Di lokasi tersebut, petugas gabungan masih mengevakuasi puing dan mengamankan lokasi untuk mencegah korban jiwa.
“Kondisi longsor ini erat kaitannya dengan tingginya intensitas hujan serta kontur tanah labil di beberapa kawasan perbukitan,” kata Suwarso.
Sebagai langkah mitigasi, BPBD juga mengaktifkan koordinasi lintas sektor termasuk dengan pihak kelurahan, Dinas Pekerjaan Umum, serta relawan komunitas. Dinas pendidikan juga telah meliburkan sekolah terdampak hingga air surut.
Kondisi terkini menunjukkan elevasi muka air di Bendungan Benanga berada pada level 8,00 meter di atas permukaan laut. Data yang dihimpun dari laman resmi menyatakan status bendungan kini berada pada level Siaga. Status tersebut menunjukkan bahwa potensi luapan air masih tinggi.
Pihak pengelola bendungan telah membuka pintu air untuk mengurangi tekanan air. Masyarakat yang berada di wilayah seperti Bengkuring, S. Parman, Cendrawasih, dan sekitar Kampus Unmul diminta tetap waspada terhadap risiko luapan susulan.
Di sisi lain, Samarinda juga tengah menghadapi fenomena pasang laut tinggi yang memperparah potensi banjir akibat backwater. Data dari situs pemantauan pasang laut menyebutkan bahwa pasang tertinggi terjadi pukul 07.24 Wita dengan ketinggian 2,3 meter. Sementara, pasang sore diperkirakan setinggi 1,7 meter.
Backwater adalah fenomena saat aliran sungai terhambat oleh pasang laut yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan air sungai meluap ke daratan karena tak bisa mengalir normal ke hilir. Akibatnya, genangan terutama di kawasan dataran rendah semakin parah.
Dengan koefisien pasang laut yang sangat tinggi, yakni 93 di pagi hari dan 91 di sore hari, potensi arus balik menjadi salah satu faktor utama dalam meluasnya genangan.
“Melihat cuaca dari Hulu Sungai Siring dan curah hujan yang mulai menurun, mudah-mudahan segera terjadi penurunan genangan air yang berada di wilayah Kota Samarinda,” ujar Suwarso optimistis.
Meski demikian, ia menegaskan seluruh peralatan dan personel tetap dalam status siaga untuk mengantisipasi perkembangan cuaca yang tidak menentu.