National Media Nusantara
Internasional

Ribuan Lampion Hiasi Kuil Thean Hou, Destinasi Ikonik Kuala Lumpur

Teks: Ribuan lampion merah dan kuning menghiasi langit-langit Kuil Thean Hou

Kuala lumpur, Natmed.id – Ribuan lampion merah dan kuning bergelantungan rapi di langit-langit, menciptakan lautan warna yang memesona. Pemandangan ini menyambut siapa pun yang melangkahkan kaki ke halaman Kuil Thean Hou, salah satu kuil Buddha-Tao tertua sekaligus termegah di Malaysia.

Teks: Pemandangan kota dari ketinggian membuat suasana Kuil Thean Hou semakin menawan

Berlokasi di atas bukit Robson Heights, kuil ini menjadi simbol kuat kehadiran komunitas Tionghoa di Kuala Lumpur dan terus memikat wisatawan dengan keindahan arsitekturnya.

Kuil Thean Hou dibangun pada tahun 1987 oleh komunitas Hainanese dan secara resmi dibuka pada 1989. Nama kuil ini diambil dari Dewi Thean Hou atau Mazu, pelindung pelaut dan nelayan dalam tradisi Tionghoa.

Hingga kini, Thean Hou tetap menjadi pusat kegiatan religius sekaligus destinasi wisata budaya yang wajib dikunjungi. Bagi masyarakat Tionghoa, kuil ini bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan ruang untuk menjaga tradisi leluhur.

Teks: Detail ukiran naga dan ratusan lampion menjadikan setiap sudut kuil ini menarik untuk dipotret

Begitu memasuki area kuil, pengunjung langsung disuguhi detail arsitektur khas Tiongkok: atap bertingkat dengan ukiran naga emas, tiang berwarna merah menyala, serta mural-mural mitologi yang menghiasi dinding.

Lapangan luas di bagian depan terasa semarak dengan hiasan lampion, terutama saat mendekati Tahun Baru Imlek. Cahaya lampion yang menyala di malam hari menghadirkan suasana magis, seolah menghubungkan bumi dan langit dengan doa-doa yang bergema di udara.

Di bagian dalam, altar utama didedikasikan untuk Dewi Thean Hou, diapit oleh Dewi Guan Yin (Dewi Welas Asih) dan Shui Wei Sheng Niang (Dewi Laut). Aroma dupa memenuhi ruangan, sementara umat datang membawa persembahan, menyalakan lilin, dan berdoa dengan khusyuk.

Nuansa spiritual ini berpadu dengan keramaian turis yang sibuk mengabadikan setiap detail ornamen. Harmoni antara fungsi religius dan daya tarik wisata inilah yang membuat kuil ini unik.

Selain ruang utama, kompleks kuil juga memiliki taman kecil, area ramalan nasib, serta jalur pejalan kaki yang mengarah ke sudut-sudut tenang dengan panorama kota Kuala Lumpur. Dari balkon atas, pengunjung bisa melihat pemandangan skyline metropolis, kontras dengan ketenangan yang terpancar dari kompleks kuil. Perpaduan ini menghadirkan pengalaman yang tak mudah dilupakan.

Thean Hou Temple juga menjadi pusat berbagai perayaan besar, mulai dari Tahun Baru Imlek, Festival Pertengahan Musim Gugur, hingga acara pernikahan tradisional Tionghoa. Saat perayaan, ribuan umat dan wisatawan tumpah ruah, menjadikan kuil ini lautan warna dan suara.

Meski tidak dipungut biaya masuk, pengunjung diharapkan menjaga ketertiban dan menghormati umat yang beribadah. Waktu terbaik untuk datang adalah pagi atau menjelang sore, ketika cahaya matahari memperkuat warna-warni kuil dan langit cerah menjadi latar sempurna untuk foto.

Bagi saya, berdiri di bawah ribuan lampion yang bergoyang tertiup angin ringan adalah momen reflektif. Ada sesuatu yang menenangkan, seakan setiap lampion menyimpan doa, harapan, dan cerita hidup manusia. Thean Hou bukan sekadar destinasi wisata, tetapi ruang di mana spiritualitas, seni, dan budaya berpadu indah.

Di tengah hiruk-pikuk Kuala Lumpur, kuil ini adalah pengingat bahwa harmoni bisa lahir dari keberagaman. Sebuah tempat yang layak disebut jantung spiritual komunitas Tionghoa di Malaysia, sekaligus simbol keterbukaan kota multikultural ini.

Related posts

Menikmati Indahnya ‘Permata Pink’ yang Mengapung di Jantung Negeri Jiran

Aminah

Kerja sama ACJA dan JMSI Dukung Hubungan Pers Internasional

Aminah

Nikmatnya Salat Zuhur di Hagia Sophia

Arum