Samarinda, Natmed.id — Sekelompok penulis muda Samarinda resmi merilis sebuah buku Samarinda Dalam Tiga Masa, Merapah Kenangan Masa Lalu, Wajah Hari Ini, dan Bayangan Esok.

Novan Leany menyampaikan, buku ini lahir dari riset-riset sederhana mengenai pengalaman anak-anak muda menjelajahi dan mengamati Kota Tepian. Karya tersebut memotret cara mereka memandang kampung halamannya sendiri melalui perspektif generasi muda Samarinda. Peluncuran buku berlangsung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Samarinda, Senin, 17 November 2025.
Novan juga menyampaikan dalam kegiatan Launching Buku Samarinda Dalam Tiga Masa yang menjadi ruang dialog dan apresiasi bagi para penulis muda yang terlibat dalam proses penyusunannya.
“Buku ini bagian dari perjalanan riset kawan-kawan muda. Mereka berjalan di kota, merenungkan, lalu menuliskannya. Karena ditulis oleh anak-anak muda, kita melihat dinamika Samarinda hari ini melalui sudut pandang yang berbeda,” kata Novan.
Ia menegaskan bahwa buku ini bukan akhir melainkan, proses yang terus berkembang. Karya tersebut diharapkan dibaca secara lebih luas, dikembangkan, dan menjadi bagian dari penguatan budaya literasi di daerah.
“Apakah buku ini sudah selesai? Menurut saya belum. Buku ini perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai catatan perjalanan kawan-kawan dalam menulis, dan itu bagian dari literasi,” tegas Novan.
Karya ini memperluas literatur tentang kota dan mengundang refleksi bagi pembaca maupun penulis untuk terus menggali tema perkotaan.
“Ini menambah, apakah tulisan kita cukup sampai di sini? Atau justru harus menggali lebih dalam tema-tema tentang Samarinda yang masih sangat luas?” tambahnya.
Poses lahirnya buku Samarinda Dalam Tiga Masa menggabungkan riset, perenungan, penulisan, diskusi, hingga menghasilkan produk berbentuk buku. Buku ini merujuk pada gagasan Amin Abdulwah yang mendorong produksi karya berbasis penelitian.
Pertemuan dalam launching buku ini turut memperlihatkan meningkatnya minat menulis di kalangan anak muda Samarinda. Ke depan, para penggagas mengharapkan karya lanjutan lahir dari penulis dengan jenjang pendidikan lebih beragam, termasuk tingkat SMP dan SMA.
“Terus menulis, jangan lupa belajar,” tutupnya.
