National Media Nusantara
Ekonomi

KEK Maloy Disebut Kompetitif, Daya Tarik Baru Investasi Kaltim

Teks: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) yang terletak di Citra Manunggal Jaya, Kaliorang, Kutai Timur.

Samarinda, Natmed.id – Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) yang berlokasi di Kabupaten Kutai Timur dinilai memiliki daya saing yang kompetitif dan menjadi salah satu magnet baru bagi investasi di Kalimantan Timur (Kaltim).

Hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim Budi Widihartanto, dalam High Level Meeting (HLM) Regional Investor Relations Unit (RIRU) Provinsi Kaltim di Mercure Samarinda, Senin 29 September 2025.

Menurutnya, keberadaan KEK MBTK semakin memperkuat struktur perekonomian Kaltim yang masih banyak ditopang oleh net ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Pada triwulan II 2025, kontribusi PMTB terhadap PDRB Kaltim mencapai 35,47 persen. Namun, pertumbuhan PMTB tercatat hanya 1,77 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB sebesar 4 persen.

“Investasi menjadi indikator penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. KEK MBTK menawarkan skema insentif yang cukup kompetitif dibandingkan kawasan serupa di dalam maupun luar negeri, sehingga bisa meningkatkan daya tarik investor,” ujar Budi.

Ia menambahkan, KEK MBTK memberikan fasilitas fiskal berupa tax holiday dan tax allowance, disertai insentif non-fiskal seperti infrastruktur logistik dan dukungan operasional. Skema ini disebut lebih unggul dibanding kawasan sejenis di Malaysia dan Vietnam.

Selain itu, struktur PDRB Kaltim masih menunjukkan dominasi dari net ekspor sebesar 41,46 persen dan konsumsi rumah tangga 17,91 persen. Karena itu, peningkatan investasi, terutama melalui PMTB, menjadi kunci untuk memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Data BI menunjukkan, realisasi investasi di Kaltim pada triwulan II 2025 didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp19,82 triliun atau 83,82 persen dari total investasi. Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) hanya menyumbang Rp3,82 triliun atau 16,18 persen.

“Dominasi PMDN menunjukkan adanya kepercayaan tinggi investor lokal terhadap perekonomian Kaltim. Namun, kita tetap perlu memperbesar porsi PMA agar transfer teknologi dan jejaring global semakin kuat,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya kebijakan beyond tax incentives untuk menarik investor, dengan mengedepankan penyediaan infrastruktur, ketersediaan bahan baku, dan pembentukan klaster industri. Strategi ini dinilai lebih efektif dibanding sekadar mengandalkan insentif pajak.

“Pengalaman beberapa negara menunjukkan tax incentives saja tidak cukup. Justru keberadaan institusi yang kuat, infrastruktur memadai, serta stabilitas makroekonomi lebih menentukan minat investasi,” tegasnya.

Di sisi lain, aspek ketenagakerjaan juga menjadi daya tarik Indonesia. Dengan upah minimum sekitar 188 Dolar AS per bulan, posisi Indonesia relatif lebih rendah dibanding Malaysia atau Thailand. Hal ini menjadi keunggulan kompetitif bagi industri padat karya.

“Daya saing tenaga kerja Indonesia cukup kuat, termasuk jam kerja yang relatif lebih tinggi dan fleksibilitas dalam mengerjakan proyek tambahan. Ini menjadi faktor penting bagi investor,” tambah Budi.

Pemerintah Kaltim sendiri terus mendorong pengembangan KEK MBTK sebagai proyek strategis nasional. Dengan dukungan infrastruktur, insentif, serta koordinasi lintas sektor, kawasan ini diharapkan mampu menjadi motor transformasi ekonomi Kaltim menuju kemandirian dan keberlanjutan.

Related posts

Ekonomi Keuangan Syariah Berpeluang Meningkatkan Perputaran Uang di Kaltim

Nediawati

UMKM Pilar Perekonomian Indonesia

Yunus Budi Kartika

Pemkot Pastikan Bantuan Sembako Daerah Juli–September Tersalur ke Warga Pasuruan

Sahal