National Media Nusantara
Ekonomi

Kakao Kaltim Mulai Masuk Pasar Global

Teks: Kakao Kaltim diminati sejumlah negara, termasuk di kawasan Eropa

Samarinda, Natmed.id – Kakao asal Kalimantan Timur (Kaltim) mulai menembus pasar global setelah sejumlah produk kakao fermentasi daerah ini berhasil mencatatkan ekspor perdana ke Eropa, membuka peluang baru komoditas perkebunan Kaltim di pasar internasional.

Teks: Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DPPKUKM) Provinsi Kaltim Heni Purwaningsih.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DPPKUKM) Provinsi Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan kakao menjadi komoditas yang dinilai paling potensial untuk dikembangkan sebagai unggulan ekspor dibandingkan kopi yang masih didominasi skala usaha mikro.

“Kakao Kaltim memiliki potensi besar dari sisi kualitas, kadar kakao dan cita rasanya cukup tinggi serta khas, sehingga diminati pasar luar negeri,” ujar Heni, Selasa 16 Desember 2025.

Salah satu capaian penting ditunjukkan oleh kakao fermentasi dari Kampung Merasa, Kabupaten Berau, yang telah mencatatkan ekspor perdana ke Jerman. Produk tersebut dikirim ke pabrik cokelat Urwald Schokolade, menandai masuknya kakao Kaltim ke industri cokelat Eropa meski dengan volume awal yang masih terbatas.

Selain Berau, kakao dari Kabupaten Kutai Timur juga mulai menarik minat pasar Eropa seperti Jerman dan Prancis. Bahkan, Turki muncul sebagai pasar baru melalui skema business matching yang mempertemukan pelaku usaha daerah dengan pembeli internasional.

Heni menyebut kualitas kakao dari sejumlah daerah di Kaltim dinilai memiliki keunggulan cita rasa dan kadar kakao yang tinggi. Salah satunya kakao dari Mahakam Ulu yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di Kalimantan Timur.

“Kakao Mahakam Ulu itu kualitasnya sangat bagus. Bahkan dari informasi yang saya terima dari eksportir, kualitasnya bisa bersaing dengan kakao dari negara lain, termasuk Malaysia,” jelasnya.

Meski demikian, Heni menegaskan tantangan utama pengembangan kakao Kaltim masih berada di sektor hulu, terutama dalam meningkatkan produksi dan konsistensi pasokan bahan baku.

“Permintaan pasar sebenarnya cukup besar. Tinggal bagaimana sektor hulunya bisa menangkap peluang ini, melalui pembudidayaan dan peningkatan produksi kakao,” katanya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, DPPKUKM Kaltim rutin menggelar Forum Pengembangan Ekspor sebagai ruang koordinasi lintas sektor antara pelaku industri, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan di sektor hulu.

“Forum ini menjadi wadah kita duduk bersama. Kita sampaikan peluang pasar ekspor yang ada, agar program di hulu dan hilir bisa saling terhubung dan relevan dengan kebutuhan pasar,” ujar Heni.

Pengembangan kakao di Kaltim didukung oleh ketersediaan lahan dan jumlah petani yang cukup signifikan. Tercatat, luas areal kakao di Kaltim mencapai sekitar 5.852 hektare dengan jumlah petani sekitar 5.683 kepala keluarga. Di tingkat petani, harga kakao biji kering berada pada kisaran Rp35.000 hingga Rp38.000 per kilogram.

Melalui penguatan sektor perkebunan, khususnya kakao, pemerintah daerah berharap komoditas ini dapat menjadi penggerak baru perekonomian Kalimantan Timur, sekaligus mendorong diversifikasi ekonomi di tengah upaya mengurangi ketergantungan terhadap migas dan batu bara.

“Ini bukan hanya soal ekspor, tapi bagaimana ekonomi kerakyatan bisa tumbuh dari hulu sampai hilir,” pungkas Heni.

Related posts

Pemerintah Harus Bisa Kuasai Mayoritas Saham Vale Indonesia

Muhammad

Dampak Ekonomi Global Mulai Merambah Perekonomian di Indonesia

Muhammad

Koperasi Al Fattah Himpun 14 Perusahaan, Dukung Pengusaha Kecil Menengah

Muhammad