Samarinda, Natmed.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong pengembangan hilirisasi kelapa dalam untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sekaligus membuka peluang investasi baru. Produk turunan kelapa dalam, mulai dari minyak kelapa, santan kemasan, hingga virgin coconut oil (VCO), harus bersaing di pasar global.

Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud menyebutkan, potensi kelapa dalam di Kaltim sangat besar karena Indonesia merupakan produsen terbesar dunia. Satu pohon kelapa dalam bisa menghasilkan 50–80 butir per tahun, dengan potensi Rp35 juta per hektare per tahun hanya dari penjualan kopra.
Produk hilirisasinya bisa bernilai jauh lebih tinggi dan diminati pasar internasional, termasuk industri makanan sehat, kosmetik, dan bahan alami.
“Kelapa dari Indonesia biasanya dikirim ke Thailand dan Vietnam, lalu diolah menjadi produk bermerek. Kaltim harus mengambil peluang ini. Lahan kita masih luas, sangat memungkinkan untuk menanam kelapa dalam dan mengembangkan industri hilirisasinya,” ujar Gubernur Rudy pada Senin 17 November 2025.
Hilirisasi kelapa dalam tidak hanya menghasilkan kopra, tapi juga sabut kelapa yang bisa diolah menjadi coco fiber (serat kelapa) dan coco peat (kelapa gambut). Menurut Gubernur Rudy potensi industri hilirisasi kelapa dalam secara nasional mencapai Rp2.400 triliun.
Selain meningkatkan PAD dan menggerakkan ekonomi lokal, pengembangan kelapa dalam juga dapat mengurangi ketergantungan Kaltim terhadap eksploitasi sumber daya alam (SDA) tak terbarukan, dengan mengoptimalkan sumber ekonomi hijau dan terbarukan.
Gubernur Rudy meminta seluruh instansi terkait mempermudah perizinan dan promosi agar investasi masuk lebih cepat. “Kalau bisa dipermudah, mengapa dipersulit. Mari bekerja keras, cepat dan tepat. Lakukan semuanya dengan ikhlas dan sepenuh hati,” katanya.
Pemprov Kaltim juga menekankan pentingnya inovasi di tengah potensi pemotongan Dana Transfer ke Daerah (TKD) oleh pemerintah pusat pada 2026. Pengembangan hilirisasi kelapa dalam diharapkan menjadi salah satu strategi menghadapi tantangan tersebut, sekaligus membuka peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat Kaltim.
