National Media Nusantara
DPRD Kaltim

Guntur Sebut Festival Jembayan Penting untuk Penguatan Identitas Budaya

Teks: Anggota DPRD Kaltim, Guntur

Samarinda, natmed.id – Anggota DPRD Kalimantan Timur dari Daerah Pemilihan Kutai Kartanegara, Guntur, mengatakan Festival Jembayan Kampung Tuha (FJKT) harus terus dijaga dan dilestarikan.

Ia menilai, festival yang rutin digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi Desa Jembayan itu merupakan ruang penting untuk menghidupkan kembali ingatan kolektif masyarakat terhadap akar sejarah dan nilai-nilai budaya yang diwariskan para leluhur.

Meski tidak sempat hadir dalam prosesi pembukaan acara festival, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu tetap menyempatkan diri untuk ikut dalam salah satu momen sakral FJKT, yakni ziarah ke makam Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa.

Ia hadir bersama para tokoh adat, panitia festival, dan undangan lainnya, sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh pendahulu yang memiliki ikatan sejarah erat dengan Desa Jembayan.

“Saya ikut senang dalam kegiatan ini, yang pertama kita mengangkat budaya, kata Bung Karno jangan sekali-kali melupakan sejarah, berarti kita ingat dengan sejarah, otomatis ke depannya kita lebih baik lagi,” ungkap Guntur pada Senin, 14 Juli 2025.

Lebih lanjut, Guntur menegaskan bahwa mengingat dan merawat sejarah bukan hanya menjadi tugas para pemuka adat atau tokoh masyarakat semata, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif seluruh warga, termasuk pemerintah daerah.

Dalam konteks itulah, kehadiran Festival Jembayan Kampung Tuha menjadi sangat penting, karena telah menjadi ruang bersama untuk merefleksikan perjalanan sejarah desa dan menyatukan kembali nilai-nilai yang kini mulai dilupakan.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Desa Jembayan, termasuk para tokoh adat setempat, atas konsistensinya menyelenggarakan festival ini yang kini sudah memasuki penyelenggaraan tahun keenam.

Menurutnya, momen peringatan Hari Jadi Desa Jembayan idealnya dimulai dengan ziarah ke makam tokoh pendiri atau leluhur desa. Ia mengaku baru mengetahui bahwa kegiatan ziarah tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari prosesi adat dalam peringatan hari jadi desa.

“Jadi pada saat ulang tahun Desa Jembayan itu minimal kita harus ziarah dulu ke makam tersebut, saya juga baru tahu itu, lalu melaksanakan rangkaian kegiatan dalam festival tersebut,” tuturnya.

Tak hanya berfokus pada pelestarian sejarah, Guntur juga menekankan pentingnya memperkuat kembali semangat kebersamaan dan gotong royong yang menjadi fondasi utama kehidupan masyarakat di masa lalu.

Nilai-nilai itu, kata Guntur, mesti dikembalikan sebagai bagian dari identitas sosial warga Jembayan yang mulai luntur di tengah arus zaman.

Ia berharap penyelenggaraan Festival Jembayan Kampung Tuha ke depan tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga mengalami peningkatan dari segi muatan adat dan budaya yang ditampilkan, sehingga makna yang terkandung di dalamnya bisa lebih dirasakan masyarakat luas.

“Karena orang-orang pada zaman dahulu itu yang ditingkatkan juga bagaimana kegotongroyongannya, ini yang diutamakan,” ujarnya menegaskan.

Ia mengingatkan agar generasi sekarang tidak terjebak dalam euforia kegiatan tanpa memahami makna dan nilai-nilai yang ingin diwariskan. Gotong royong, menurutnya, bukan hanya sekadar kegiatan sosial, tetapi filosofi hidup yang seharusnya terus dijaga dan diwariskan.

“Jadi jangan sampai di zaman sekarang ini kita sering lupa akan gotong royong. Saya berharap kegiatan seperti ini ke depannya itu lebih ditingkatkan lagi, jadi setiap tahun harus diadakan, minimal bagaimana kita menyatukan masyarakat,” pungkasnya.

 

 

Related posts

Dua Kali Ditabrak Ponton, Komisi III Minta Pasang CCTV Pantau Jembatan Dondang

Phandu

Disparitas Harga BBM Sebabkan Antrean di SPBU, Begini Saran Nidya

Laras

Nidya Soroti Penurunan Anggaran Beasiswa 2024

Irawati

You cannot copy content of this page