Samarinda, Natmed.id – Menjelang Natal dan Tahun Baru, Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) yang menjadi sesi penutup sepanjang 2025.

Kegiatan berlangsung dua hari, Rabu–Kamis, di halaman kantor DPTPH Kaltim, dan menghadirkan 52 stan dari berbagai lembaga, petani, hingga UMKM.
“Ini GPM terakhir di tahun 2025. Setiap bulan kami memang menggelar satu kali, dan kali ini dilakukan khusus menyambut Natal dan Tahun Baru,” kata Sri Wahyuni, Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda DPTPH Kaltim, Rabu 10 Desember 2025.
Menurutnya, GPM digelar untuk menahan gejolak harga yang biasa terjadi menjelang hari besar. Beberapa komoditas dibanderol lebih murah dari harga pasar. Bawang merah, misalnya, yang di pasar tercatat Rp52.000 per kilogram, di GPM dijual Rp48.000. Sementara bawang putih yang di pasar tembus Rp35.000, di GPM dilepas Rp30.000.
“Sebelum kegiatan, kami sudah sepakat bersama distributor bahwa semua harga harus di bawah harga pasar,” ujarnya.
Stan yang hadir berasal dari Bulog, BUMD Varia Niaga, UMKM, toko Sigap, petani binaan BI dan Dinas Pangan, serta pelaku usaha perikanan dan peternakan. Beberapa komoditas yang dijual langsung dari petani membuat harga jauh lebih murah karena memotong rantai distribusi.
“Banyak yang dijual langsung dari orang pertama, petani panen kemarin, hari ini langsung dijual. Jadi segar dan murah,” katanya.
GPM tahun ini juga melibatkan kolaborasi dengan Bank Indonesia, termasuk penyediaan tenda, meja, dan kursi. Semua stan dibuka gratis. Dinas menyiapkan konsumsi bagi peserta.
“Kerja sama seperti ini cukup membantu. Kami sediakan konsumsi, BI bantu fasilitas, distributor menjaga harga tetap rendah,” ujar Sri.
Selain menahan lonjakan harga, GPM dinilai berdampak pada stabilisasi pasokan. Komoditas yang paling sering naik menjelang Nataru tetap sama seperti bawang merah, bawang putih, serta cabai.
“Tiga komoditas itu yang rawan naik. Jadi kami undang distributor langsung agar harga tetap terkendali,” jelasnya.
Setelah GPM, DPTPH akan melakukan inspeksi harga ke pasar tradisional dan ritel modern. Pemantauan rutin ini dilakukan untuk memastikan tidak ada lonjakan harga yang meresahkan masyarakat. “Biasanya menjelang hari besar, harga bergerak cepat. Kami turun untuk cek langsung,” kata Sri.
Selain pangan pokok, GPM juga menghadirkan tanaman hias, bibit hortikultura, hingga tanaman buah. “Karena kami di pangan dan hortikultura, jadi semua produk ini ikut kami tampilkan,” katanya.
Sri berharap GPM mampu membantu masyarakat membeli bahan kebutuhan dengan harga terjangkau. “Tujuan besarnya tetap stabilisasi harga dan membuka akses pangan murah untuk semua. Ini juga bantu petani dan UMKM menjual produk secara langsung,” ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan tetap menjadi agenda rutin pada 2026, menyasar lokasi yang lebih luas termasuk permintaan dari kecamatan maupun desa/kelurahan, tempat GPM biasanya menarik pengunjung lebih besar.
