Mojokerto, Natmed.id – Narkoba atau obat-obatan berbahaya menjadi salah satu zat yang bisa memberikan efek kecanduan pada pemakainya. Cara mengatasi kecanduan narkoba jadi semakin sulit bila pemakainya sudah menggunakan zat berbahaya tersebut dalam dosis yang tinggi.
Pondok pesantren Baitu Husodo menjadi salah satu tempat terapi mantan pengguna Narkoba. Berada di sebuah desa Kejagan Kecamatan Trowulan. Sebuah desa yang terkenal dengan sebutan desa rosok (barang-barang bekas).
Tim Natmed.id memasuki area pondok dengan diantar seorang teman dosen salah satu kampus di Malang. Memasuki area pondok terlihat depan gerbang pemandangan barang-barang bekas tertata dengan rapi. Ada yang belum dipilah ada juga sudah dimasukkan ke dalam karung-karung besar. Terlihat beberapa kamar ukuran 3 x 3 meter berjejer.
Setelah memarkir mobil, kami disambut seseorang memakai kaos dan celana pendek, “monggo mas (silahkan mas),” sapanya ramah.
Kami bertemu langsung dengan pengasuh ponpes. Masih muda, umurnya 36 tahun memakai celana pendek levis, pakai kaos bertuliskan bengkel mental di dada sebalah kiri. Moch. Solih atau biasa di panggil Gus Solih bercerita tentang Baitu Husodo.
“Awalnya pondok ini bernama Bahrul Wahdah, kemudian saya sakit-sakitan. Setelah ada petunjuk dari guru saya kemudian dirubah menjadi Baitu Husodo, ” ungkap Gus Solih saat di wawancarai, Jumat (10/12/2021).
Baitu Husodo yang artinya rumah sehat, perpaduan dua bahasa, yakni bahasa Arab dan Jawa. Menurut Gus Solih ponpes ini tempat memperbaiki mental terutama bagi mantan pengguna narkoba.
“Kebanyakan yang di sini mantan pengguna narkoba dan pekerja seks komersial (PSK), ” ujarnya.
Tetapi yang dipakai sangatlah unik. Mereka membaca selawat wahidiyah selama 14 hari. Awalnya, Gus Solih memakai terapi selawat wahidiyah selama 40 hari, Namun lama-kelamaan proses penyembuhannya semakin cepat yakni hanya 14 hari.
“Dalam 14 hari mereka di tuntun membaca selawat dan Alhamdulillah mereka bertaubat. Selawat ini kami baca setelah sholat 5 waktu dan 100% mau kembali ke jalan yang benar,” bebernya.
Saat ini, ponpes Baitu Husodo memiliki 100 santri. Kebanyakan para santri kembali ke rumah atau masyarakat. Umur para santri beragam mulai belasan sampai yang sudah punya anak dan berkeluarga.
“Yang mukim disini ada 7 orang, kebanyakan mereka ke lokasi rawan yang sudah kami petakan. Para santri disana sambil berdakwah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Gus Solih menceritakan mantan penghuni lapas, preman, pemakaian dan pengedar Narkoba adalah tempat berdakwah.
Dirinya berharap ada dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta.
“Kami berharap, semua pihak stakeholder baik pemerintah maupun swasta dan masyarakat untuk bersama memperhatikan maslah ini, ” tegasnya.
Sejauh ini, menurut Gus Solih Pondok Baitu Husodo mendapat dukungan dari BNN Kota Mojokerto, Polres Kabupaten Mojokerto dan MUI Mojokerto.