
Samarinda, natmed.id – Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Damayanti, menyoroti minimnya kuota pertukaran pelajar bagi pemuda daerahnya. Ia menyayangkan Kaltim hanya mendapat satu slot dalam program pertukaran pelajar yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tahun ini.
Menurutnya, hal itu tidak sebanding dengan posisi Kaltim sebagai kawasan strategis penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kalau hanya satu orang yang dikirim, ya itu bagus, tapi menurut saya tidak cukup. Harusnya diberi peluang yang lebih luas lagi,” kata Damayanti usai rapat kerja, Selasa, 10 Juni 2025.
Program yang dimaksud adalah SIYLEP (Singapore-Indonesia Youth Leaders Exchange Programme) 2025. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, program ini hanya membuka satu kuota untuk peserta perempuan usia 22–30 tahun.
Seleksi dilakukan secara ketat, mulai dari wawasan kebangsaan, kemampuan komunikasi, penguasaan bahasa Inggris, hingga bakat seni budaya. Tim penilai berasal dari gabungan Korem 091/ASN, pejabat Dispora, serta tokoh kepemudaan.
Damayanti menilai, peluang global seperti ini sangat penting untuk membuka cakrawala generasi muda di Kaltim. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga memberi ruang agar pemuda bisa belajar langsung ke luar negeri dan membawa pengalaman kembali ke daerah.
Harusnya begitu, karena secara tidak langsung dengan adanya pertukaran pelajar, artinya membuka cakrawala pemuda dunia luar seperti apa. Kalau hanya di seputaran sini saja kan agak repot.
Sementara itu, Dispora Kaltim menyatakan siap mengirim lebih banyak peserta bila Kemenpora membuka kuota tambahan. Selama ini, daerah hanya menyesuaikan jumlah calon berdasarkan petunjuk teknis dari pusat.
Selain program luar negeri, Dispora juga rutin mengadakan Jambore Pemuda Daerah yang melibatkan pemuda dari seluruh kabupaten/kota di Kaltim.
Namun bagi Damayanti, program skala lokal belum cukup. Ia mendorong agar ada peningkatan skala dan intensitas pertukaran ke luar negeri. Apalagi Kaltim diproyeksikan menjadi simpul pertumbuhan nasional seiring pemindahan ibu kota negara.
“Ini yang harus diperjuangkan. Jangan sampai nanti anak-anak kita kalah bersaing dengan generasi dari luar. Kita harus siapkan SDM kita secepat mungkin,” tuturnya.
Damayanti juga berpesan agar peserta yang terpilih dapat memanfaatkan program ini secara maksimal dan membawa pulang manfaat konkret bagi daerah.
“Manfaatkan hal ini sebaik mungkin. Ambil yang bisa dilakukan sebaik mungkin dan kemudian implementasikan di daerah,” ujarnya.
Minimnya kuota program pertukaran pelajar menjadi pengingat bahwa pembangunan sumber daya manusia tidak bisa diserahkan pada satu pihak saja.
Pemerintah pusat, daerah, dan legislatif perlu bersinergi agar akses pendidikan global tidak jadi hak eksklusif, melainkan hak bersama untuk seluruh pemuda Indonesia, termasuk dari Kaltim.
“Sebab, di balik satu tiket ke luar negeri, ada harapan besar agar generasi muda mampu menjawab tantangan global yang semakin nyata di depan mata,”tutupnya.