Reporter: Emmi – Editor: Redaksi
Bontang, Natmed.id – Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang melalui Bidang Peternakan memfasilitasi kegiatan program pusat dalam rangka pengambilan sampel pada hewan babi dan sapi untuk mengetahui Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Kasi Pelayanan Kesehatan Hewan di Puskeswan Bontang, drh Riyono menyebut peternakan babi di Kalimantan Timur hanya ada dua yakni di Samarinda dan Bontang.
“Kita ambil sampel untuk mengetahui penyakit mulut dan kuku. Itu penyerangnya pada sapi dan babi,” kata Riyono saat diwawancarai Natmed.id, Jumat (25/9/2020).
Dijelaskan Riyono gejala PMK pada sapi dan babi, yakni berupa demam dan kejang. Tingkat kematian pada hewan yang terpapar sangat tinggi.
“Kalau itu ada, kasian peternakannya, berarti bisa menyebabkan kerugian. Maka dari itu kita ambil sempelnya. Itu dikumpulkan di Surabaya. Kemungkinan hasilnya Desember baru keluar,” ucapnya.
Riyono membeberkan sebanyak 60 sampel yang diambil, terdiri dari babi 50 sampel, dan sapi 10 sampel.
Kata dia, di Indonesia penyakit PMK tidak ditemukan, namun alasan mengapa pihaknya tetap mengambil sampel, lantaran kebanyakan babi di Bontang memakan sisa-sisa makanan dari restoran.
“Kan di Bontang sendiri ada perusahaan besar, dan kadang sisa makanan itu dibuang,” ungkapnya.
Adapun pengambilan sampel babi, diambil di daerah Telihan, Kanaan, dan Flores.
“Kami ambil babi di daerah Telihan, Kanaan, Flores yang paling banyak. Populasi kita hampir 40 ribu lebih. Prioritas di Bontang juga karena ada tambahan makanan,” terangnya.
Ia menambahkan pengambilan sampel dilakukan selama dua hari, yakni 22-23 September 2020.
“Pengambilan sampel selama 2 hari, dari hari Selasa dan Rabu. Sementara penyakit ini kan baru, dicurigai, takutnya ada masuk di Kota Bontang,” tuturnya.
Ia kembali menegaskan, bahwa penyakit PMK tidak memiliki gejala pada hewan, namun tingkat kesakitannya sangat tinggi.
“Tidak ada tandanya, karena itu penyakit yang sangat mengerikan, cepat menyebar, dan tingkat kesakitannya sangat tinggi. Namun alhamdulillah di Bontang tidak ada, jangan sampai ada yang terkena,” pungkasnya.