Samarinda, Natmed.id — Fasilitator Pengarusutamaan Gender (PUG) Kalimantan Timur Dwi Hartini mengungkapkan bahwa kesenjangan gender di daerah tersebut masih cukup tinggi, terutama pada sektor ekonomi dan politik.
Hal itu disampaikan berdasarkan potret terbaru Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), serta Indeks Ketimpangan Gender (IKG) yang menunjukkan tren penurunan signifikan.
Menurut Dwi Hartini, sektor ekonomi menjadi bidang dengan kesenjangan terbesar. “Pada Indeks Pembangunan Gender atau IBG, sektor ekonomi di Kaltim baru mencapai 24 persen. Artinya, aktivitas ekonomi masih didominasi laki-laki,” jelasnya.
Sementara pada IDG, penurunan terlihat jelas pada partisipasi politik perempuan. Keterwakilan perempuan di legislatif disebut turun dari sekitar 22 persen menjadi 12 persen atau hanya delapan orang dari total kursi yang tersedia. Penurunan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari minimnya minat perempuan terjun ke politik, persepsi masyarakat yang belum mendukung, hingga sistem pemilihan umum yang tidak memberikan preferensi nomor urut bagi perempuan.
Dampak penurunan ini membuat posisi Kaltim pada indeks nasional turut merosot.
“Awalnya kami berada di posisi 22, kini turun ke posisi 30. IPG dan IBG juga turun ke peringkat 30, mendekati posisi 38,” Kata Dwi Hartini di Aula Kantor Inspektorat Kaltim, Rabu 3 Desember 2025.
Selain itu Dwi Hartini menyampaikan, IKG Kaltim juga mengalami penurunan drastis dari peringkat 7 ke 17. Kondisi ini diperparah oleh transisi ekonomi yang mulai mengurangi ketergantungan pada sektor ekstraktif.
Ia menekankan bahwa optimalisasi anggaran menjadi kunci penting dalam mempercepat perbaikan ketimpangan gender. Namun, hingga kini alokasi anggaran responsif gender masih jauh dari target.
“Targetnya 55 persen, tetapi realisasinya baru mencapai sekitar 22 persen,” jelasnya.
Kemudian Dwi juga menjelaskan pergantian pejabat, atau rotasi. Pensiun disebut sebagai faktor yang membuat implementasi PUG berjalan lambat.
“Menyelesaikan PUG itu seperti melukis di atas air (tidak pernah selesai),” tambahnya.
Meski demikian, Dwi Hartini menegaskan bahwa Kaltim tetap harus optimistis karena memiliki komitmen dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga perangkat OPD.
Ia menilai arah pembangunan jangka menengah daerah yang menekankan pembangunan inklusif menjadi pondasi penting agar tidak ada kelompok yang tertinggal.
Di akhir penyampaiannya, Dwi Hartini memberikan pesan kepada generasi muda, khususnya perempuan, untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar mampu berperan aktif dalam pembangunan.
“Perkuat kapasitas, kuasai kemampuan digital, dan tetap menjunjung kearifan lokal serta nilai-nilai religi,” pesannya.
Ia menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan harus terus dijaga demi masa kini dan masa depan, sekaligus mengingatkan agar masyarakat tidak abai terhadap perkembangan isu-isu aktual.
“Jaga keberlanjutan lingkungan demi generasi kini dan generasi mendatang. Jangan tertinggal mengikuti isu-isu aktual,” tutupnya.
