Samarinda, Natmed.id – Indonesia menyiapkan langkah besar dalam transisi energi berkeadilan dalam kurun waktu 2025–2045. Pemerintah memetakan pengurangan PLTU batu bara secara bertahap, sekaligus memperluas pemanfaatan energi terbarukan dan hidrogen rendah karbon, sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045.
Langkah ini diungkap Deputi Infrastruktur Kementerian PPN/Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris, dalam pembukaan Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2025 dan International Capacity Development Program for Coal Regions in Transition (ICDP) di Hotel Mercure Samarinda, pada Senin 13 Oktober 2025.
Acara yang digagas German Agency for International Cooperation(GIZ) ini menghadirkan lebih dari 45 delegasi internasional dari tujuh negara, membahas solusi kolaboratif bagi transisi energi di kawasan tambang batu bara.
“Transisi energi kita lakukan secara bertahap dan menyeluruh. Fokus awal pada pengurangan PLTU batubara, pengembangan energi terbarukan, dan persiapan hidrogen serta ammonia rendah karbon,” kata Abdul Malik.
Tahap pertama (2025–2029) menekankan penguatan fondasi transformasi, termasuk penerapan CCS/CCUS, pembatasan PLTU batubara baru, pengembangan PLT EBT (PLTA, PLTS, PLTP, PLTB, dan biomassa), serta penyiapan regulasi PLTN dan hidrogen.
Subsidi fosil dialihkan ke energi bersih, gas bumi diperluas ke sektor industri, dan penggunaan kendaraan listrik serta peralatan listrik rumah tangga meningkat.
Tahap kedua (2030–2034) fokus pada akselerasi transformasi. Pembangkit batubara dipensiunkan, co-firing biomassa diperluas, dan infrastruktur hidrogen serta ammonia rendah karbon siap digunakan.
Tahap ketiga (2035–2039) menargetkan ekspansi global: PLTN komersial, pilot PLT energi laut, dan penguatan energi terbarukan, hidrogen, serta ammonia untuk industri dan transportasi.
Tahap terakhir (2040–2045) mencakup kemandirian teknologi PLTN, pengembangan PLT energi laut komersial, serta penguatan jaringan kelistrikan nasional melalui interkoneksi dan smart grid.
Transisi ini juga mempertimbangkan keadilan sosial, dengan pelatihan ulang pekerja, perlindungan sosial, dan dukungan inovasi lokal. Kalimantan Timur, sebagai tuan rumah, diharapkan menjadi model transisi energi berkeadilan, dengan integrasi energi, industri, dan infrastruktur.
Wilayah ini diproyeksikan menjadi superhub ekonomi dengan pengembangan industri hilir, agroindustri, dan pariwisata berkelanjutan.
Rencana pembangunan listrik nasional hingga 2029 mencakup Sumatera (4.907 MW), Kalimantan (2.556 MW), Sulawesi (3.266 MW), dan Jawa-Madura-Bali (13.681 MW), dengan fokus signifikan pada energi terbarukan. Target penurunan emisi GRK mencapai 93,5 persen pada 2045, mendukung pencapaian SDGs dan Paris Agreement.
“ISEW 2025 dan ICDP adalah platform kolaborasi nasional dan internasional. Kita menyatukan potensi energi bersih, inovasi teknologi, dan kerja sama regional untuk mewujudkan transisi energi berkeadilan, berkelanjutan, dan tangguh,” tambah Abdul Malik.