Samarinda, Natmed.id – Kalimantan Timur (Kaltim) kini punya wajah baru pariwisata. Bukan lagi hanya dikenal dengan tambang dan migas, melainkan juga desa-desa wisata yang terus berkembang. Data resmi Jadesta Kemenparekraf per September 2025 mencatat ada 122 desa wisata tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Kaltim.
Dari jumlah itu, Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi penyumbang terbanyak dengan 28 desa wisata, meneguhkan posisinya sebagai episentrum wisata berbasis desa di Bumi Etam.
Kepala Dinas Pariwisata Kaltim Ririn Sari Dewi menegaskan desa wisata akan menjadi motor baru pariwisata daerah. “Desa wisata adalah unggulan kita. Dari sinilah pariwisata Kaltim bisa tumbuh lebih luas dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya saat bincang potensi wisata Kaltim pada Sabtu 20 September 2025.
Keberadaan desa wisata tidak hanya terkonsentrasi di satu daerah, tetapi merata hampir di seluruh wilayah Kaltim. Setelah Kukar, Berau menempati posisi kedua dengan 21 desa wisata, banyak di antaranya sudah dikenal luas lewat ekowisata bahari seperti Derawan, Maratua, dan Teluk Semanting. Penajam Paser Utara (PPU) berada di urutan ketiga dengan 13 desa wisata, yang sebagian besar berada di kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara.
Kabupaten lain juga punya kontribusi penting. Kutai Timur memiliki 16 desa wisata, menawarkan perpaduan karst, pesisir, dan budaya lokal. Mahakam Ulu mencatat 12 desa wisata dengan kekuatan utama hutan tropis dan budaya Dayak. Paser menyumbang 9 desa wisata, sementara Kutai Barat memiliki 4 desa wisata dengan karakter ekowisata pedalaman.
Untuk kawasan perkotaan, desa wisata tumbuh dalam format kampung tematik. Balikpapan mencatat 8 desa wisata, Samarinda 6 desa, dan Bontang 5 desa. Meski jumlahnya lebih kecil, keberadaan desa wisata di kota besar penting untuk memperluas akses wisata sekaligus memperkaya variasi destinasi.
Sejumlah desa wisata Kaltim telah masuk nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Dari Berau, Pulau Derawan menembus 50 besar ADWI, Merabu Asik berada di 100 besar, sedangkan Teluk Semanting, Payung-Payung, dan Kampung Merasa sempat masuk 300 besar ADWI 2024.
Kukar juga punya andalan. Desa Sumber Sari melalui kelompok sadar wisata Dewi Arum tercatat dalam 500 besar ADWI 2024 berkat inovasi wisata pertanian dan kerajinan. Capaian ini menjadi bukti bahwa desa-desa di Kaltim tidak hanya kaya potensi, tetapi juga siap bersaing di tingkat nasional.
Peta 122 desa wisata menegaskan dua kekuatan utama Kaltim: ekowisata hutan tropis dan wisata bahari pesisir. Gugus kepulauan Derawan–Maratua tetap jadi magnet internasional, sementara pedalaman Mahakam Ulu hingga Kutai Timur menawarkan wisata berbasis alam liar dan kearifan Dayak.
Menurut Ririn, desa wisata tidak hanya tentang atraksi, tetapi juga ekosistem ekonomi kreatif. “Produk lokal, kuliner, dan homestay harus tumbuh bersama desa wisata. Dengan begitu, wisatawan yang datang benar-benar memberi nilai tambah bagi warga,” katanya.
Dengan total 122 desa wisata aktif, Kalimantan Timur menegaskan arah baru pariwisatanya. Jika dikembangkan serius dengan dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat, desa wisata bisa menjadi tulang punggung ekonomi pasca tambang.
“Pariwisata ini proyeksi masa depan Kaltim pascamigas dan tambang. Kalau semua pihak berkolaborasi, desa wisata akan menjadi penopang ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Ririn.